My destiny
“Mah, aku berangkat”.
“mau kemana? baru aja pulang udah
mau pergi lagi”
“mau ke kantor pos sebentar, abis
ini langsung pulang kok, mah”
“jangan malem-malem pulangnya!”
“iya”
Namaku
shellia anak pertama dari dua bersaudara, aku punya adik laki-laki yang umurnya
2 tahun lebih muda dariku,aku kelas 3 SMK sekarang 3 minggu yang lalu aku telah
menjalani ujian nasional, dari dulu aku bermimpi bisa melanjutkan sekolah di
Inha university, bagi orang-orang hal ini hanya khayalan tapi bagiku ini mimpi
yang harus ku wujudkan, dengan doa dan usaha yang keras aku yakin akan bisa
menggapai mimpiku. Salah satu bentuk usaha ku yaitu mengirimkan dokumen-dokumen
prestasi dan syarat untuk bisa mendapat beasiswa di sekolah internasional itu.
“bukannya mama tadi udah bilang
jangan pulang malem kok jam 8 baru pulang?”
“iya mah, tadi antriannya panjang
jadi telat pulangnya, maaf ya?”
“ya sudah kamu langsung mandi, abis
itu makan.”
“aku lagi diet mah, jangan disuruh
makan terus, gak nurunin berat badan nanti malah jadi naikin berat badan.”
“nanti kamu sakit kalau gak
makan,shelli”
“iya iya, mah”
Itulah
sifat mama yang paling aku gak suka ‘sering ngatur’ apapun yang aku gak suka
pasti mama paksain, Tapi perhatiannya itu yang paling ngangenin kalau pisah
sama mama.
“sayang, tidur udah malem!”
“iya mah”
Cuma
satu kata yang selalu muncul kalo mama udah merintah yaitu kata ‘iya’ kalau
kata lain yang muncul pasti mama langsung ngomel-ngomel dan itu yang bikin gak
betah di rumah, jadi gak ada pilihan lain kecuali jawab ‘iya’ sama mama.
Keesokan harinya
Bangun
pagi adalah hal kedua yang paling ku benci setelah omelan mama. Tapi bangun
pagi memang harus ku jalani setiap hari karna kewajiban sekolah yang
mengharuskanku.
Bel rumah ku berbunyi dan aku tahu
siapa yang datang.
“mah, buka pintunya itu pasti Rendy,
bilang aja aku masih dandan”
“iya, sayang”
Rendy adalah
pacarku semenjak 2 tahun yang lalu, dia memang setiap pagi menjemputku,
sampek-sampek Rendy dan mama jadi akrab karna tiap pagi mama yang bukain pintu
buat Rendy.
“ma aku mau berangkat!”
“iya hati-hati”
“ayo!” ajakku pada rendy
“kenapa sih kok lesu gitu? Gak suka
kalau aku jemput? Udah bosen aku jemput?”
“nggak gitu, ayo berangkat”
Setelah
itu Rendy langsung melaju menuju sekolah, aku memeluk erat punggung Rendy agar
ia tidak mengira suasana hatiku yang buruk ini disebabkan olehnya. Setengah jam
kemudian kami sudah sampai disekolah.
“aku kekelas ya”
“shelli!”
“umm, kenapa?”
“kamu kaya gini bener bukan karna
aku kan?”
“bukan, ini gak ada hubungannya sama
kamu kok, suasana hati aku aja yang lagi bingung, yang pasti bukan kamu
sebabnya”
“ya udah cepet masuk kelas!”
“hmm”
Satu minggu berlalu
Semenjak hari
itu rasa gelisah semakin menghantui ku, hari inilah penentuan atas
harapan-harapan ku karna surat yang ku kirim akan mendapat balasan hari ini.
Apa usahaku mengumpulkan beberapa mendali akan menuntunku kesekolah itu atau
tidak.
Dari semenjak
SMP aku sudah mendapat juara 2 tingkat nasional pada lomba karate, dan juara 3
tingkat nasional lomba taekwondo, dan di SMK ini aku mulai mempersiapkan
targetku yaitu pada kelas satu aku harus mendapat mendali pada bidang olah raga
dan di kelas dua aku harus mendapat juara pada bidang akademis. Dan ambisi itu
telah terwujud berkat mimpi, doa, dan usaha kerasku, sehingga aku bisa mendapat
juara 1 nasional pada cabang olahraga karate dan taekwondo, menjadi juara 2
tingkat provinsi pada mata pelajaran akuntansi yang merupakan jurusan yang
kupilih, dan aku juga mendapat juara 1 pada lomba debat bahasa inggris.
Piagam-piagam itu yang aku sertakan dalam formulir pendaftaran ke Inha
university satu minggu yang lalu.
“beb, kamu nanti mau nemenin aku
nggak?”
“kemana?”
“dirumahku”
“emang ada apa di rumah kamu?”
“sebenernya hari ini ada pengumunan
penting yang aku tunggu, dan pengumuman ini yang buat aku satu minggu ini jadi
gelisah”
“pengumuman apa?”
“pengumuman hal besar, yang pasti
kalau pengumuman itu ada persetujuan bakal merubah segalanya dihidup aku, dan
itu yang aku mimpikan dari 6 tahun yang lalu”
“OK, aku bakal nemenin kamu”
Pak
pos mulai terlihat dihalaman rumahku, ia berjalan menuju tempatku duduk dan
sambil membawa surat ditangannya. Aku semakin gugup, gelisah semua seperti ku
rasakan serentak.
“selamat sore”
“iya sore”
“apa benar ini rumah Shellia maveliz
alleya? Apa alamat ini benar?”
“iya benar”
“ini anda mendapat surat, mohon
diterima dan tolong tanda tangani bukti penerimaan ini”
“oh iya”
“terima kasih”
“iya sama sama”
“mari”
“iya silahkan”
“iya silahkan”
Tanganku
kaku, apa aku bisa menerima keputusan terburuknya nanti? Apa aku bakal sanggup
melepas mimpiku kalau aku tidak diterima? Molla (entahlah), aku bingung.
“beb, kok bengong cepet buka!”
“tapi, apa aku bakal terima kalau
itu penolakan? Aku belum siap dengan keputusannya.”
“kamu harusnya sudah mikirin itu
sejak pertama kalinya kamu mutusin buat ngirim surat itu?”
“umm”
Aku
membuka surat itu perlahan, sementara itu hatiku mulai mempertebal keberanian
dan ketegaran, untuk menerima segala keputusan entah itu yang diharapkan atau
bahkan kebalikannya.
Tanpa kata apapun air mata mulai
menetes setelah aku membaca surat itu, dengan kekecewaan aku mulai melemas,
sesak juga menghampiri dadaku, ketakutan akan hancurnya mimpiku kini menjadi
nyata apa yang aku harap kini hancur dalam hitungan detik.
“beb, kamu kenapa?”
Mulutku juga masih terasa kaku dan
tak bisa menjawab pertanyaan apapun, mentalku teruji begitu besar hari ini.
“kegagalan bukan kehancuran, tapi
kegagalan akan buat kamu semakin kuat dan bimbing kamu menuju kesuksesan yang
lebih besar nantinya, jadi kamu jangan kaya gini, beb”
“kenapa? kenapa harus aku yang
melepas mimpi ini? Aku bahkan mempersiapkan ini 6 tahun, aku berusaha keras
mempersiapkan ini, atau karna aku kurang berdoa? Tapi aku juga selalu berdoa, Ren.
Banyak orang bilang mimpi yang disertai usaha dan doa akan terwujud, tapi mana?
Aku malah menghancurkan mimpiku”
Air mata
membanjiri hari itu, Rendy juga sangat bingung untuk membuat tangisku berhenti,
sebenarnya aku juga tak ingin menangis tapi aku juga tak tahu bagaimana cara
menghentikannya, aku benar-benar terpukul.
Dua minggu berlalu
“kak, bangun disuruh keruang tamu
sama mama.”
“kenapa dek kakak males kesana mama
aja suruh kesini”
“ayo bangun kak nanti aku yang
dimarahin mama”
“iya iya, sebentar lagi kakak
kesana”
“sekarang kak”
“iya!!”
Aku
langsung menuju ruang tamu karena permintaan adikku, dari dulu aku paling tidak
bisa menolak keinginan adikku, mungkin karena naluri seorang kakak, tapi
sebenarnya itu menjengkelkan, karna lama kelamaan adikku jadi semakin manja
pada ku.
“kenapa, mah?”
“kamu kenapa belakangan ini?”
“nggak apa apa”
“adek kamu, besok mau pergi ke
pantai sebaiknya kamu ikut supaya kamu bisa refreshing”
“nggak ah mah”
“ikut aja kan besok hari minggu,
kamu juga bisa sambil ngawasin dan nemenin adek kamu kan”
“ayo dong kak, ikut ya banyak cowok
kerennya lo”
“gak tertarik sama anak kelas dua”
“kan cuma beda dua tahun, lagi pula
anak kelas tiga ada yang ikut kok”
“kamu nyuruh kakak selingkuh dari
Rendy?”
“nggak gitu kan bisa refreshing sambil
cuci mata juga”
“iya esok kakak ikut itu demi kamu
ya, bukan karna ada cowok-cowok keren”
“karna itu juga gak papa sih
sebenernya”
Keesokan
harinya
Pagi
itu aku berangkat kepantai dengan Elmy adikku, hari itu memang hari yang
menyenangkan setelah berita buruk itu ku terima dan hari ini juga aku bisa
tersenyum untuk pertama kalinya dan melupakan kejadian itu. Setelah lelah
bermain hari itu aku dan adikku pulang jam 9 malam.
“mah, aku sama adek pulang!”
“mandi dulu, dan kesini ada yang mau
mama katakan”
“iya”
Beberapa
menit kemudian setelah aku selesai mandi dan berganti baju aku mulai menuju ruang keluarga menghampiri mama dan
papa.
“mama mau bilang apa?”
“tadi ada tamu yang kesini, dia
bilang dari Korea selatan, dia ada kerjaan disini dan ngluwangin waktu dateng
kesini mau ketemu kamu”
“siapa? Kok mau ketemu aku ada apa?”
“dia bilang kamu pernah ngirim
surat-surat dan bukti prestasi supaya keterima di Inha university tapi kamu
ditolak, dan dia mau ngasih tawaran tentang keinginan kamu sekolah di sana”
“terus?”
“oh jadi itu sebabnya kamu murung
berhari-hari?”
“ummm”
“tadi mama sama papa bilang supaya
dia dateng lagi besok, supaya dapet jawaban langsung dari kamu”
“iya, mah”
“yaudah kamu makan terus tidur
besokkan sekolah!”
“iya”
Keesokan harinya
Sore yang
ditunggu telah datang dan aku menunggu kedatangan orang yag dimaksud mama
kemarin, semoga saja aku masih ada harapan untuk mewujudkan mimpiku.
Suara mobil
terdengar mendekati rumahku dan ternyata benar orang itu datang kerumahku, papa
dan mama menyuruhnya masuk kerumah dan mempersilakannya untuk duduk di ruang
tamu.
“Shellia?”
“iya saya shellia, ada apa?”**
“saya lee seung hoon dari korea
selatan, disini saya hanya ingin memberimu kesempatan baik untuk sekolah di
Universitas Inha tapi jika kamu mau”**
“mah,pah apa Shelli boleh sekolah di
korea?”
“kalau itu mimpi kamu? Mama dan papa
ijinkan, dan lagi pula ini kesempatan kamu ini gak akan dateng kedua kalinya,
sayang”
“iya, saya mau presdir”**
Setelah
persetujuan itu presdir Lee seung hoon mengurus data-data ku dia juga
mengangkatku menjadi anak asuhnya dan orang tuaku menyetujuinya. Dia bilang
setelah ijazahku keluar kami langsung pergi ke korea, dia juga mengatakan
alasan mengapa dia memilihku untuk masuk ke Inha university alasannya adalah
keuletanku, dan prestasiku.
Satu minggu kemudian
Kemarin
adalah hari penerimaan ijazah aku juga pamit pada Rendy ia sangat terkejut dan
tak mau aku pergi sejauh itu, tapi ia sudah tahu itu impianku dan ia melepasku
pergi ke korea, hari ini aku berangkat ke korea selatan, rasanya sulit
meninggalkan keluarga dan pacarku pergi ke Negeri orang lain.
Tangisan
mengiringiku berangkat ke bandara, dan aku mulai masuk ke pesawat bersama
presdir.
“Shellia, apa kamu senang akan
bersekolah di Inha university?”
“presdir, anda bisa berbicara bahasa
Indonesia?”
“tentu, karna dalam berbisnis di
negara Indonesia kami juga harus bisa berbahasa Indonesia.”
“tapi kenapa anda kemarin memakai
bahasa Inggris?”
“karna kamu memulainya memakai
bahasa Inggris.”
“oh, begitu”
“oh ya, sesampainya di korea kamu
menginap di rumah saya kemudian baru keesokan harinya kamu pergi ke apartement
kamu yang sudah saya siapkan, tidak apa-apa kan?”
“iya, saya sangat berterima kasih
kepada anda”
“sama-sama, oh iya saya memiliki
anak laki-laki bernama Bryan nanti kamu
akan bersekolah di tempat yang sama dengannya tapi dia satu tingkat diatas mu,
kamu bisa memanggilnya ‘oppa’(kakak) kamu mengerti?”
“iya saya mengerti”
“dan sesampainya kita disana jangan
memanggilku presdir, panggil saya dengan sebutan ‘abeoji’ kamu mengertikan?”
“saya
mengerti”
Beberapa
jam kemudian kami sudah sampai di bandara korea selatan, kami dijemput oleh
pengawai-pegawai abeoji. Dan beberapa
menit kamudian kami sudah sampai tujuan.
“Bryan..!!”
“tte,
abeoji (iya, ayah)”
“kalau
didepan Shellia kamu pakai bahasa Indonesia saja, kamu isa kan?”
“umm”
“oppa,
juga bisa berbahasa Indonesia?”
“Iya,
abeoji bilang kalau nanti meneruskan bisnisnya aku diharuskan bisa bahasa
Indonesia karna salah satu bisnisnya berada di Indonesia.”
“saya
mengerti”
“perkenalkan
nama kamu pada Bryan”
“baik,
abeoji”
“Nama saya
Shellia maveliz alleya panggil saja Shellia, umur saya 18 tahun
satu tahun dibawah anda, jadi saya akan memanggil anda ‘oppa’ saya akan satu
sekolah dengan anda, mohon dukungannya”
“ OK, nama ku Bryan, kamu boleh
panggil ‘oppa’, senang bertemu dengan kamu”
“umm”
“beristirahatlah, ayo aku tunjukkan
kamarnya”
“baik”
Keesokan harinya
Tok...tok..tok..
Mendengar
ketukan pintu itu aku langsung bangun dan membukakan pintu. Aku tak boleh
bermalas-malasan di rumah orang yang telah baik padaku, aku berjanji akan rajin
disini.
“tunggu sebentar”
“cepat mandi dan sarapan”
“ya, oppa”
Setelah mandi,
berganti baju, dan dandan aku langsung menuju meja makan. Rasanya aneh sekali
berada dalam situasi seperti ini, biasanya mama yang membangunkanku, tapi aku
cukup senang disini.
“ayo sarapan lalu aku antar ke
apartemen kamu”
“baik”
Aku merasa
mempunyai keluarga disini karna keluarga abeoji, walaupun tidak ada yang ku kenal disini aku merasa senang karna
telah mewujudkan mimpi untuk sekolah di Inha university.
Setelah kami
selesai serapan pagi oppa mengajakku langsung menuju apartement yang akan aku
tempati, katanya setelah itu oppa akan mengajakku pergi ke departement store
untuk membeli seragam sekolah, aku senang sekali , dari dulu aku sangat
menginginkan sosok kakak yang bisa melindungiku, menjadi teman yang bisa
memberi saran karna sifat kedewasaannya, walaupun aku punya adik tapi ia
memiliki sosok yang manja, tak bisa menjadi tempat bersandar.
“oppa, apa boleh saya menganggap anda kakak saya?”
“tentu saja boleh, dan mulai
sekarang jangan bicara formal lagi
padaku itu sedikit mengganggu”
“tte, oppa”
Aku dan oppa
langsung menuju apartement, rasanya senang sekali ini adalah pertama kalinya
aku menaiki mobil yang mewah apa lagi ditambah dengan oppa yang tampan
disampingku rasanya seperti mimpi, aku seperti merasa banyak mata yang menatap
kami.
“ayo turun kita sudah sampai”
“oh iya, dimana?”
“apartement kamu di lantai 5 ayo
masuk”
“oppa, apa apartement semewah ini gak berlebihan untuk
ku tinggali sendiri?”
“any (tidak), karna sekarang kamu
bagian dari keluarga kami jadi ini gak berlebihan ”
“keredo?(begitukah?) kalau begitu
terimakasih”
“jangan sungkan, kamu sekarangkan
sudah menjadi adikku”
“umm”
Setelah
kami selesai membereskan apartement oppa mengajakku ke departement store
membeli seragam tapi setelah kami sampai di sana oppa malah membeli barang yang
tadinya tidak akan dibeli dia bilang
“ini cocok buat kamu” “ini bagus”
“ini terlihat anggun” “kamu bakal
nyesel gak beli barang ini, ini sangat bagus”
Itu yang dikatakan oppa saat melihat
barang-barang itu dan akhirnya ia membelinya. Jadi hari itu kami yang semula
hanya ingin membeli seragam malah membeli barang-barang lain.
Keesokan harinya
Pagi
ini aku bangun dengan sendirinya tanpa suara mama yang membangunkan, dan bukan
karena suara oppa yang membangunkanku seperti kemarin, aku seperti putri yang
hidup sendiri di istananya tidak bersama prajurit, raja, rakyat, maupun
panglima atau yang lain tapi hanya hidup sendiri bukankah itu sangat
membosankan, begitulah yang ku rasakan saat ini. Tanpa berfikir panjang aku
langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi kesekolah, aku sangat
gugup hari ini karena ini pertama kalinya aku bersekolah di korea.
Kling...
kling... kling...
“Shellia-shi..”
Aku
kemudian melihat dari layar siapa yang datang, dan ternyata oppa yang
memanggilku untuk mengajakku berangkat sekolah.
“oppa!!”
“ayo berangkat bersamaku!”
“we?(kenapa) Aku bisa berangkat sendiri kok”
“karena hari ini hari pertama kamu
sekolah disini, sebagai kakak yang baik mari berangkat bersama?”
“baiklah”
Akhirnya
aku dan oppa pergi ke sekolah bersama setelah aku selesai bersiap-siap. Tak
beberapa lama kami sudah sampai di sekolah ternyata jarak apartement dan
sekolah tidak begitu jauh.
Setelah
sampai di sekolah, entah apa yang salah orang-orang seperti menatapku dengan
tatapan yang aneh, aku sedikit aneh saat ini, apa penampilanku aneh? apa kami
terlalu mencolok ? atau mereka tidak suka melihatku bersama oppa? Entahlah aku
bingung.
“oppa, kenapa tatapan mereka seperti
itu? Emang ada yang salah denganku?”
“gak ada yang salah mungkin mereka
terpesona melihat kecantikan adikkuini”
“umm, itu sedikit terdengar
mengejekk”
“gak ngejek emang benar kok”
“kere, gomawo oppa (baiklah,
terimakasih kakak)”
“yye, Cheonmaneyo, oh ternyata kamu bisa
bahasa korea?, wow” jawabnya sambil mengusap rambutku, itu memalukan sekali karna ia
mengusapnya di depan banyak orang, padahal aku bukan anak kecil lagi.
“sedikit”
Kami murid-murid baru mulai melakukan
aktifitas pertama kami disekolah. Tak begitu buruk tapi aku cukup kesulitan
karna miss komunikasi, bahkan sagat sedikit yang bisa kumengerti, ini karena
kurangnya kemampuan ku berbahasa korea, bagai mana ini?
Sekarang waktunya bagi kami untuk
istirahat, bagi murid yang lain mungkin mudah mencari teman baru, tapi itu
sulit bagiku selain aku tidak mudah bergaul dengan orang, masalah kemampuan
bahasa lagi yang mempengaruhi.
“neo! tarawa(kamu, ikut denganku)”*
“mian (maaf), saya tidak bisa
berbahasa korea”**
“bo?(apa), kere arata (oke aku tahu)! follow me please (tolong ikuti aku)!”
“ok”
Aku
tidak tahu maksud mereka bertiga memanggilku, sepertinya itu hal yang serius,
mereka bertiga juga terlihat seperti orang yang sangat ditakuti oleh murid
lain.
“OK, aku gak akan basa-basi”**
“ngomong aja apa?”**
”kamu harus jauhin Bryan”**
“kenapa? Apa alasan kamu nyuruh aku
jauhin Bryan?”**
“kamu gak perlu tahu!”**
“itu berarti, aku gak bisa jauhin
Bryan, jadi apa mau kamu sekarang?”**
“aigo, chinja huuh! (ya ampun,
benar-benar)”*
“wae?(kenapa?)”*
Saat
itu mungkin ia menjadi terlalu marah karena keinginannya tidak ku turuti, lalu
tak tahu apa yang ada dalam fikirannya tiba-tiba dia melemparkan tamparan di pipiku, itu
sebabnya aku jadi sedikit terpancing untuk marah, saat dia hendak menamparku lagi
aku menahannya, beberapa menit kamudian tak sadar ternyata jurus-jurus karate ku reflek keluar
karna ingin membela diri, dan mereka
bertiga sudah tak berdaya aku buru-buru
menghentikannya, karna karate hanya untuk bela diri bukan menyakiti orang lain.
“Shellia-shi!”
“oppa? Ini bukan seperti yang oppa
lihat aku hanya...”
“a-ra (aku tahu), kamu hanya membela
dirikan? Aku melihatnya dari awal perdebatan kalian”
“tapi sebenarnya aku gak pengen buat
mereka seperti itu, mereka yang memancing emosiku, mianhe oppa”
“any, kamu kan hanya ingin bela diri
mereka pantas mendapatkannya”
“apa yang kalian bicarakan? Mian, aku tidak mengerti”** tanya
laki-laki yang tak asing bagiku itu, tapi ini pertama kalinya pertemuan kami
secara langsung.
“siapa dia, oppa?”
“oh, ini teman ku namanya kim myung
soo”
“oh bukankah dia member Infinite?”
“iya, perkenalkan nama kamu”
“hello,nama ku Shellia, aku adik Bryan oppa”**
“hai, aku kim myung soo, aku teman
Bryan, kamu tadi benar-benar hebat”**
“ thanks, myung soo oppa” **
Sekolah ku hari ini benar-benar terkesan mendapat teman sekaligus
orang yang membenciku tapi sebenarnya aku tidak menginginkan musuh disini,
siang ini sepulang sekolah Bryan oppa mengajakku kesuatu tempat dia mengatakan
itu tempat kerja aboji tapi dia tidak mengatakan tempatnya, dia langsung
mengajakku ketempat itu tanpa pulang terlebih dulu.
“oppa, kita mau kemana?”
“ketempat dimana aboji bekerja”
“aro-aro, tapi dimana tempatnya?”
“nanti kamu bakal tahu”
Beberapa menit kamudian oppa
mengatakan bahwa kami telah sampai. Omo, itu benar-benar tempat yang belum
pernah ku bayangkan, apa mungkin aboji
presdir di tempat ini? Wah daebak.
“oppa, ini serius? Wah ..”
“whe?”
“aboji benar presdir di Woollim
entertainment? Daebak!”
“apa itu begitu menakjubkan? Bagiku
ini biasa saja.”
“karna oppa sudah terbiasa dengan
ini, tapi bagiku ini menakjubkan, apa aku sekarang bisa bertemu idol? Wow.”
“ye, bukannya kamu tadi bertemu myungsoo
dia kan juga idol”
“ya, tadi aku juga sudah merasa
beruntung”
“sudah, ayo masuk”
“tte,oppa”
Huh, hari itu aku merasa seperti orang yang paling beruntung
didunia, dari dulu melihat langsung sunggyu oppa adalah mimpiku ternyata mimpi
itu juga akan terwujud sebentar lagi, bertemu dengan aboji dan oppa adalah hal
yang paling menakjubkan bagiku, mereka seperti orang yang bisa mengabulkan
semua mimpiku, tapi setiap aku melakukan apapun aku selalu merindukan
keluargaku.
“ selamat siang”* aku dan oppa mengatakan ya dengan bersamaan
“oh, Bryan, siapa yang bersamamu
itu? Tidak biasanya membawa wanita kesini”*
“tte dongsaeng (ini adikku)”*
“bukankah kamu anak tunggal?”*
“ya tapi dia seperti adikku, dia
berasal dari indonesia, ini hari ke 3 dia di korea” *
“hallo, namaku shellia, senang bertemu
dengan kalian”**
“hai, kami nell senang bertemu
shellia-shi”**
“hello, kami infinite”**
“dan kami Lovelyz”**
Enam bulan kemudian
Sudah enam bulan aku menetap di korea, aku sudah tak asing lagi di
tempat ini, bahasa korea ku sudah sedikit lancar, dan aku juga mulai terbiasa
dengan cuaca dingin disini, sebenarnya aku merindukan suasana kampung halaman
ku, dua hari lagi adikku Elmy akan ke korea berlibur karena ada libur semester
kehadirannya mungkin bisa mengurangi sedikit kerinduan ku pada keluarga, aku
tak sabar menanti kedatangannya.
Sore
ini aku di apartement bersama Bryan oppa, Bryan oppa sudah biasa main di
apartementku kadang ia mengajak temannya yang ada di woollim ent, tiba-tiba aku
mendapat telefon dari Elmy adikku.
“ Shellia: hallo, ada apa tumben telfon?”
“Elmy: Cuma mau bilang aku udah dapet tiket
,kak. Nanti kalo udah sampek jemput ya?”
“Shellia: iya di jemput, emang kalo gak
dijemput tau mau naik apa?”
“Elmy: nggak sih kak. Udah ya kak aku cuma mau
kasih tahu itu aja ”
“Shellia: Iya bilang sama mama dan papa kakak
titip salam kakak kangen sama mereka”
“Elmy: iya”
Dua hari kemudian
Saat yang
ditunggu-tunggu telah tiba, Hari ini Elmy akan tiba di bandara jam 2 sore, aku
sangat senang sekali, sore itu aku menunggu Elmy dengan oppa kami menunggu di
bandara dari jam setengah 2, saat orang-orang turun dari pesawat dan keluar aku
adikku melambai kan tangannya padaku, dia sedikit terlihat berbeda dari
terakhir kali kami bertemu.
“kakak!!”
“adek sinikakak bantu, tahu nggak
kakak kangen banget sama kamu”
“aku juga kangen sama kakak, oh ya
kak itu siapa? Pacar kakak? Terus, nasib kak Rendy gimana?kakak selingkuh?”
“hust, ngawur, ini kak Bryan, kakak
angkat kakak di sini anak pak Lee seung hoon”
“oh”
“hai, kamu Elmy ya? Aku Bryan”
“iya saya Elmy, loh kok kakak bisa
bahasa Indonesia”
“udah deh nanya mulu nanti kakak
ceritain”
“kan aku nanya sama kak Bryan kok
kakak yang sewot”
Setelah itu aku
dan oppa mengajak Elmy ke apartement. Beberapa menit kemudian kami sudah sampai
di apartement, aku menyuruhnya untuk mandi dan makan setelah itu membereskan
barang-barangnya.
“kakak!”
“kenapa?”
“besok ke mall ya aku gak punya
pakaian yang tebal kan disini dingin”
“iya besok ita ke mall, mandi dulu
sana, terus makan sama kita”
“iya”
Setelah
Elmy selesai mandi kami makan bersama, rasanya seneng banget setelah 6 bulan
gak meliat dia sekarang sudah bisa makan sama dia. Setelah kami makan kami
keruang kaluarga untuk mengobrol, tapi oppa saat itu tidak bisa ikut mengobrol
karna harus segera pulang.

Ini
kedua kalinya aku menangis tersedu-sedu setelah membaca surat, tapi waktu itu
surat penolakan untuk beasiswa sekolah di Inha University, kali ini surat
penolakan untuk perasaanku dan ini rasanya lebih sakit bahkan tiga kali
lipatnya. Jadi, ini balasan atas kesetiaanku selama ini? berarti selama ini
Rendy gak bener-bener sayang sama aku? surat ini dalam sekejap bisa merubah
rasa bahagiaanku menjadi perasaan yang paling menyedihkan.
“jangan nangis dong kak, banyak kok
yang lebih baik dari kak Rendy, pasti nanti cepet dapet gantinya kok”
“kakak gak papa kok, semoga aja
kakak bisa cepet lupain Rendy”
“gak usah pura-pura kuat gitu kak,
Elmy tahu perasaan kakak lagi hancur, lebih baik kakak istirahat aja”
“iya, mungkin dengan gitu kakak
besok bisa tenang”
Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar