Senin, 06 April 2015

  Note  :  
  *  berarti memakai bahasa  
  ** berarti memakai bahasa inggris

My destiny
“Mah, aku berangkat”.
“mau kemana? baru aja pulang udah mau pergi lagi”
“mau ke kantor pos sebentar, abis ini langsung pulang kok, mah”
“jangan malem-malem pulangnya!”
“iya”
        Namaku shellia anak pertama dari dua bersaudara, aku punya adik laki-laki yang umurnya 2 tahun lebih muda dariku,aku kelas 3 SMK sekarang 3 minggu yang lalu aku telah menjalani ujian nasional, dari dulu aku bermimpi bisa melanjutkan sekolah di Inha university, bagi orang-orang hal ini hanya khayalan tapi bagiku ini mimpi yang harus ku wujudkan, dengan doa dan usaha yang keras aku yakin akan bisa menggapai mimpiku. Salah satu bentuk usaha ku yaitu mengirimkan dokumen-dokumen prestasi dan syarat untuk bisa mendapat beasiswa di sekolah internasional itu.
“bukannya mama tadi udah bilang jangan pulang malem kok jam 8 baru pulang?”
“iya mah, tadi antriannya panjang jadi telat pulangnya, maaf ya?”
“ya sudah kamu langsung mandi, abis itu makan.”
“aku lagi diet mah, jangan disuruh makan terus, gak nurunin berat badan nanti malah jadi naikin berat badan.”
“nanti kamu sakit kalau gak makan,shelli”
“iya iya, mah”
        Itulah sifat mama yang paling aku gak suka ‘sering ngatur’ apapun yang aku gak suka pasti mama paksain, Tapi perhatiannya itu yang paling ngangenin kalau pisah sama mama.
“sayang, tidur udah malem!”
“iya mah”
        Cuma satu kata yang selalu muncul kalo mama udah merintah yaitu kata ‘iya’ kalau kata lain yang muncul pasti mama langsung ngomel-ngomel dan itu yang bikin gak betah di rumah, jadi gak ada pilihan lain kecuali jawab ‘iya’ sama mama.
Keesokan harinya
        Bangun pagi adalah hal kedua yang paling ku benci setelah omelan mama. Tapi bangun pagi memang harus ku jalani setiap hari karna kewajiban sekolah yang mengharuskanku.
Bel rumah ku berbunyi dan aku tahu siapa yang datang.
“mah, buka pintunya itu pasti Rendy, bilang aja aku masih dandan”
“iya, sayang”
Rendy adalah pacarku semenjak 2 tahun yang lalu, dia memang setiap pagi menjemputku, sampek-sampek Rendy dan mama jadi akrab karna tiap pagi mama yang bukain pintu buat Rendy.
“ma aku mau berangkat!”
“iya hati-hati”
“ayo!” ajakku pada rendy
“kenapa sih kok lesu gitu? Gak suka kalau aku jemput? Udah bosen aku jemput?”
“nggak gitu, ayo berangkat”
        Setelah itu Rendy langsung melaju menuju sekolah, aku memeluk erat punggung Rendy agar ia tidak mengira suasana hatiku yang buruk ini disebabkan olehnya. Setengah jam kemudian kami sudah sampai disekolah.
“aku kekelas ya”
“shelli!”
“umm, kenapa?”
“kamu kaya gini bener bukan karna aku kan?”
“bukan, ini gak ada hubungannya sama kamu kok, suasana hati aku aja yang lagi bingung, yang pasti bukan kamu sebabnya”
“ya udah cepet masuk kelas!”
“hmm”
Satu minggu berlalu
Semenjak hari itu rasa gelisah semakin menghantui ku, hari inilah penentuan atas harapan-harapan ku karna surat yang ku kirim akan mendapat balasan hari ini. Apa usahaku mengumpulkan beberapa mendali akan menuntunku kesekolah itu atau tidak.
Dari semenjak SMP aku sudah mendapat juara 2 tingkat nasional pada lomba karate, dan juara 3 tingkat nasional lomba taekwondo, dan di SMK ini aku mulai mempersiapkan targetku yaitu pada kelas satu aku harus mendapat mendali pada bidang olah raga dan di kelas dua aku harus mendapat juara pada bidang akademis. Dan ambisi itu telah terwujud berkat mimpi, doa, dan usaha kerasku, sehingga aku bisa mendapat juara 1 nasional pada cabang olahraga karate dan taekwondo, menjadi juara 2 tingkat provinsi pada mata pelajaran akuntansi yang merupakan jurusan yang kupilih, dan aku juga mendapat juara 1 pada lomba debat bahasa inggris. Piagam-piagam itu yang aku sertakan dalam formulir pendaftaran ke Inha university satu minggu yang lalu.
“beb, kamu nanti mau nemenin aku nggak?”
“kemana?”
“dirumahku”
“emang ada apa di rumah kamu?”
“sebenernya hari ini ada pengumunan penting yang aku tunggu, dan pengumuman ini yang buat aku satu minggu ini jadi gelisah”
“pengumuman apa?”
“pengumuman hal besar, yang pasti kalau pengumuman itu ada persetujuan bakal merubah segalanya dihidup aku, dan itu yang aku mimpikan dari 6 tahun yang lalu”
“OK, aku bakal nemenin kamu”
        Pak pos mulai terlihat dihalaman rumahku, ia berjalan menuju tempatku duduk dan sambil membawa surat ditangannya. Aku semakin gugup, gelisah semua seperti ku rasakan serentak.
“selamat sore”
“iya sore”
“apa benar ini rumah Shellia maveliz alleya? Apa alamat ini benar?”
“iya benar”
“ini anda mendapat surat, mohon diterima dan tolong tanda tangani bukti penerimaan ini”
“oh iya”
“terima kasih”
“iya sama sama”
“mari”
“iya silahkan”
        Tanganku kaku, apa aku bisa menerima keputusan terburuknya nanti? Apa aku bakal sanggup melepas mimpiku kalau aku tidak diterima? Molla (entahlah), aku bingung.
“beb, kok bengong cepet buka!”
“tapi, apa aku bakal terima kalau itu penolakan? Aku belum siap dengan keputusannya.”
“kamu harusnya sudah mikirin itu sejak pertama kalinya kamu mutusin buat ngirim surat itu?”
“umm”
        Aku membuka surat itu perlahan, sementara itu hatiku mulai mempertebal keberanian dan ketegaran, untuk menerima segala keputusan entah itu yang diharapkan atau bahkan kebalikannya.
Tanpa kata apapun air mata mulai menetes setelah aku membaca surat itu, dengan kekecewaan aku mulai melemas, sesak juga menghampiri dadaku, ketakutan akan hancurnya mimpiku kini menjadi nyata apa yang aku harap kini hancur dalam hitungan detik.
“beb, kamu kenapa?”
Mulutku juga masih terasa kaku dan tak bisa menjawab pertanyaan apapun, mentalku teruji begitu besar hari ini.
“kegagalan bukan kehancuran, tapi kegagalan akan buat kamu semakin kuat dan bimbing kamu menuju kesuksesan yang lebih besar nantinya, jadi kamu jangan kaya gini, beb”
“kenapa? kenapa harus aku yang melepas mimpi ini? Aku bahkan mempersiapkan ini 6 tahun, aku berusaha keras mempersiapkan ini, atau karna aku kurang berdoa? Tapi aku juga selalu berdoa, Ren. Banyak orang bilang mimpi yang disertai usaha dan doa akan terwujud, tapi mana? Aku malah menghancurkan mimpiku”
Air mata membanjiri hari itu, Rendy juga sangat bingung untuk membuat tangisku berhenti, sebenarnya aku juga tak ingin menangis tapi aku juga tak tahu bagaimana cara menghentikannya, aku benar-benar terpukul.
Dua minggu berlalu
“kak, bangun disuruh keruang tamu sama mama.”
“kenapa dek kakak males kesana mama aja suruh kesini”
“ayo bangun kak nanti aku yang dimarahin mama”
“iya iya, sebentar lagi kakak kesana”
“sekarang kak”
“iya!!”
        Aku langsung menuju ruang tamu karena permintaan adikku, dari dulu aku paling tidak bisa menolak keinginan adikku, mungkin karena naluri seorang kakak, tapi sebenarnya itu menjengkelkan, karna lama kelamaan adikku jadi semakin manja pada ku.
“kenapa, mah?”
“kamu kenapa belakangan ini?”
“nggak apa apa”
“adek kamu, besok mau pergi ke pantai sebaiknya kamu ikut supaya kamu bisa refreshing”
“nggak ah mah”
“ikut aja kan besok hari minggu, kamu juga bisa sambil ngawasin dan nemenin adek kamu kan”
“ayo dong kak, ikut ya banyak cowok kerennya lo”
“gak tertarik sama anak kelas dua”
“kan cuma beda dua tahun, lagi pula anak kelas tiga ada yang ikut kok”
“kamu nyuruh kakak selingkuh dari Rendy?”
“nggak gitu kan bisa refreshing sambil cuci mata juga”
“iya esok kakak ikut itu demi kamu ya, bukan karna ada cowok-cowok keren”
“karna itu juga gak papa sih sebenernya”
 Keesokan harinya
        Pagi itu aku berangkat kepantai dengan Elmy adikku, hari itu memang hari yang menyenangkan setelah berita buruk itu ku terima dan hari ini juga aku bisa tersenyum untuk pertama kalinya dan melupakan kejadian itu. Setelah lelah bermain hari itu aku dan adikku pulang jam 9 malam.
“mah, aku sama adek pulang!”
“mandi dulu, dan kesini ada yang mau mama katakan”
“iya”
        Beberapa menit kemudian setelah aku selesai mandi dan berganti baju aku mulai  menuju ruang keluarga menghampiri mama dan papa.
“mama mau bilang apa?”
“tadi ada tamu yang kesini, dia bilang dari Korea selatan, dia ada kerjaan disini dan ngluwangin waktu dateng kesini mau ketemu kamu”
“siapa? Kok mau ketemu aku ada apa?”
“dia bilang kamu pernah ngirim surat-surat dan bukti prestasi supaya keterima di Inha university tapi kamu ditolak, dan dia mau ngasih tawaran tentang keinginan kamu sekolah di sana”
“terus?”
“oh jadi itu sebabnya kamu murung berhari-hari?”
“ummm”
“tadi mama sama papa bilang supaya dia dateng lagi besok, supaya dapet jawaban langsung dari kamu”
“iya, mah”
“yaudah kamu makan terus tidur besokkan sekolah!”
“iya”
Keesokan harinya
Sore yang ditunggu telah datang dan aku menunggu kedatangan orang yag dimaksud mama kemarin, semoga saja aku masih ada harapan untuk mewujudkan mimpiku.
Suara mobil terdengar mendekati rumahku dan ternyata benar orang itu datang kerumahku, papa dan mama menyuruhnya masuk kerumah dan mempersilakannya untuk duduk di ruang tamu.
“Shellia?”
“iya saya shellia, ada apa?”**
“saya lee seung hoon dari korea selatan, disini saya hanya ingin memberimu kesempatan baik untuk sekolah di Universitas Inha tapi jika kamu mau”**
“mah,pah apa Shelli boleh sekolah di korea?”
“kalau itu mimpi kamu? Mama dan papa ijinkan, dan lagi pula ini kesempatan kamu ini gak akan dateng kedua kalinya, sayang”
“iya, saya mau presdir”**
        Setelah persetujuan itu presdir Lee seung hoon mengurus data-data ku dia juga mengangkatku menjadi anak asuhnya dan orang tuaku menyetujuinya. Dia bilang setelah ijazahku keluar kami langsung pergi ke korea, dia juga mengatakan alasan mengapa dia memilihku untuk masuk ke Inha university alasannya adalah keuletanku, dan prestasiku.
Satu minggu kemudian
        Kemarin adalah hari penerimaan ijazah aku juga pamit pada Rendy ia sangat terkejut dan tak mau aku pergi sejauh itu, tapi ia sudah tahu itu impianku dan ia melepasku pergi ke korea, hari ini aku berangkat ke korea selatan, rasanya sulit meninggalkan keluarga dan pacarku pergi ke Negeri orang lain.
        Tangisan mengiringiku berangkat ke bandara, dan aku mulai masuk ke pesawat bersama presdir.
“Shellia, apa kamu senang akan bersekolah di Inha university?”
“presdir, anda bisa berbicara bahasa Indonesia?”
“tentu, karna dalam berbisnis di negara Indonesia kami juga harus bisa berbahasa Indonesia.”
“tapi kenapa anda kemarin memakai bahasa Inggris?”
“karna kamu memulainya memakai bahasa Inggris.”
“oh, begitu”
“oh ya, sesampainya di korea kamu menginap di rumah saya kemudian baru keesokan harinya kamu pergi ke apartement kamu yang sudah saya siapkan, tidak apa-apa kan?”
“iya, saya sangat berterima kasih kepada anda”
“sama-sama, oh iya saya memiliki anak laki-laki bernama Bryan  nanti kamu akan bersekolah di tempat yang sama dengannya tapi dia satu tingkat diatas mu, kamu bisa memanggilnya ‘oppa’(kakak) kamu mengerti?”
“iya saya mengerti”
“dan sesampainya kita disana jangan memanggilku presdir, panggil saya dengan sebutan ‘abeoji’ kamu mengertikan?”
“saya mengerti”
        Beberapa jam kemudian kami sudah sampai di bandara korea selatan, kami dijemput oleh pengawai-pegawai abeoji. Dan beberapa menit kamudian kami sudah sampai tujuan.
“Bryan..!!”
“tte, abeoji (iya, ayah)”
“kalau didepan Shellia kamu pakai bahasa Indonesia saja, kamu isa kan?”
“umm”
“oppa, juga bisa berbahasa Indonesia?”
“Iya, abeoji bilang kalau nanti meneruskan bisnisnya aku diharuskan bisa bahasa Indonesia karna salah satu bisnisnya berada di Indonesia.”
“saya mengerti”
“perkenalkan nama kamu pada Bryan”
“baik, abeoji”
“Nama saya Shellia maveliz alleya panggil saja Shellia, umur saya 18 tahun satu tahun dibawah anda, jadi saya akan memanggil anda ‘oppa’ saya akan satu sekolah dengan anda, mohon dukungannya”
“ OK, nama ku Bryan, kamu boleh panggil ‘oppa’, senang bertemu dengan kamu”
“umm”
“beristirahatlah, ayo aku tunjukkan kamarnya”
“baik”
Keesokan harinya
        Tok...tok..tok..
Mendengar ketukan pintu itu aku langsung bangun dan membukakan pintu. Aku tak boleh bermalas-malasan di rumah orang yang telah baik padaku, aku berjanji akan rajin disini.
“tunggu sebentar”
“cepat mandi dan sarapan”
“ya, oppa”
Setelah mandi, berganti baju, dan dandan aku langsung menuju meja makan. Rasanya aneh sekali berada dalam situasi seperti ini, biasanya mama yang membangunkanku, tapi aku cukup senang disini.
“ayo sarapan lalu aku antar ke apartemen kamu”
“baik”
Aku merasa mempunyai keluarga disini karna keluarga abeoji, walaupun tidak ada yang ku kenal disini aku merasa senang karna telah mewujudkan mimpi untuk sekolah di Inha university.
Setelah kami selesai serapan pagi oppa mengajakku langsung menuju apartement yang akan aku tempati, katanya setelah itu oppa akan mengajakku pergi ke departement store untuk membeli seragam sekolah, aku senang sekali , dari dulu aku sangat menginginkan sosok kakak yang bisa melindungiku, menjadi teman yang bisa memberi saran karna sifat kedewasaannya, walaupun aku punya adik tapi ia memiliki sosok yang manja, tak bisa menjadi tempat bersandar.
“oppa,  apa boleh saya  menganggap anda kakak saya?”
“tentu saja boleh, dan mulai sekarang  jangan bicara formal lagi padaku itu sedikit mengganggu”
“tte, oppa”
Aku dan oppa langsung menuju apartement, rasanya senang sekali ini adalah pertama kalinya aku menaiki mobil yang mewah apa lagi ditambah dengan oppa yang tampan disampingku rasanya seperti mimpi, aku seperti merasa banyak mata yang menatap kami.
“ayo turun kita sudah sampai”
“oh iya, dimana?”
“apartement kamu di lantai 5 ayo masuk”
“oppa, apa  apartement semewah ini gak berlebihan untuk ku tinggali sendiri?”
“any (tidak), karna sekarang kamu bagian dari keluarga kami jadi ini gak berlebihan ”
“keredo?(begitukah?) kalau begitu terimakasih”
“jangan sungkan, kamu sekarangkan sudah menjadi adikku”
“umm”
        Setelah kami selesai membereskan apartement oppa mengajakku ke departement store membeli seragam tapi setelah kami sampai di sana oppa malah membeli barang yang tadinya tidak akan dibeli dia bilang
“ini cocok buat kamu”  “ini bagus”  “ini terlihat anggun”  “kamu bakal nyesel gak beli barang ini, ini sangat bagus”
Itu yang dikatakan oppa saat melihat barang-barang itu dan akhirnya ia membelinya. Jadi hari itu kami yang semula hanya ingin membeli seragam malah membeli barang-barang lain.
Keesokan harinya
        Pagi ini aku bangun dengan sendirinya tanpa suara mama yang membangunkan, dan bukan karena suara oppa yang membangunkanku seperti kemarin, aku seperti putri yang hidup sendiri di istananya tidak bersama prajurit, raja, rakyat, maupun panglima atau yang lain  tapi hanya  hidup sendiri bukankah itu sangat membosankan, begitulah yang ku rasakan saat ini. Tanpa berfikir panjang aku langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi kesekolah, aku sangat gugup hari ini karena ini pertama kalinya aku bersekolah di korea.
Kling... kling... kling...
“Shellia-shi..”
        Aku kemudian melihat dari layar siapa yang datang, dan ternyata oppa yang memanggilku untuk mengajakku berangkat sekolah.
“oppa!!”
“ayo berangkat bersamaku!”
“we?(kenapa)  Aku bisa berangkat sendiri kok”
“karena hari ini hari pertama kamu sekolah disini, sebagai kakak yang baik mari berangkat bersama?”
“baiklah”
        Akhirnya aku dan oppa pergi ke sekolah bersama setelah aku selesai bersiap-siap. Tak beberapa lama kami sudah sampai di sekolah ternyata jarak apartement dan sekolah tidak begitu jauh.
        Setelah sampai di sekolah, entah apa yang salah orang-orang seperti menatapku dengan tatapan yang aneh, aku sedikit aneh saat ini, apa penampilanku aneh? apa kami terlalu mencolok ? atau mereka tidak suka melihatku bersama oppa? Entahlah aku bingung.
“oppa, kenapa tatapan mereka seperti itu? Emang ada yang salah denganku?”
“gak ada yang salah mungkin mereka terpesona melihat kecantikan adikkuini”
“umm, itu sedikit terdengar mengejekk”
“gak ngejek emang benar kok”
“kere, gomawo oppa (baiklah, terimakasih kakak)”
“yye, Cheonmaneyo, oh ternyata kamu bisa bahasa korea?, wow” jawabnya sambil mengusap rambutku, itu memalukan sekali karna ia mengusapnya di depan banyak orang, padahal aku bukan anak kecil lagi.
“sedikit”
        Kami murid-murid baru mulai melakukan aktifitas pertama kami disekolah. Tak begitu buruk tapi aku cukup kesulitan karna miss komunikasi, bahkan sagat sedikit yang bisa kumengerti, ini karena kurangnya kemampuan ku berbahasa korea, bagai mana ini?
        Sekarang waktunya bagi kami untuk istirahat, bagi murid yang lain mungkin mudah mencari teman baru, tapi itu sulit bagiku selain aku tidak mudah bergaul dengan orang, masalah kemampuan bahasa lagi yang mempengaruhi.
“neo! tarawa(kamu, ikut denganku)”*
“mian (maaf), saya tidak bisa berbahasa korea”**
“bo?(apa), kere arata (oke aku tahu)!  follow me please (tolong ikuti aku)!”
“ok”
        Aku tidak tahu maksud mereka bertiga memanggilku, sepertinya itu hal yang serius, mereka bertiga juga terlihat seperti orang yang sangat ditakuti oleh murid lain.
“OK, aku gak akan basa-basi”**
“ngomong aja apa?”**
”kamu harus jauhin Bryan”**
“kenapa? Apa alasan kamu nyuruh aku jauhin Bryan?”**
“kamu gak perlu tahu!”**
“itu berarti, aku gak bisa jauhin Bryan, jadi apa mau kamu sekarang?”**
“aigo, chinja huuh! (ya ampun, benar-benar)”*
“wae?(kenapa?)”*
        Saat itu mungkin ia menjadi terlalu marah karena keinginannya tidak ku turuti, lalu tak tahu apa yang ada dalam fikirannya tiba-tiba  dia melemparkan tamparan di pipiku, itu sebabnya aku jadi sedikit terpancing untuk marah, saat dia hendak menamparku lagi aku menahannya, beberapa menit kamudian tak sadar  ternyata jurus-jurus karate ku reflek keluar karna  ingin membela diri, dan mereka bertiga sudah tak berdaya  aku buru-buru menghentikannya, karna karate hanya untuk bela diri bukan menyakiti orang lain.
“Shellia-shi!”
“oppa? Ini bukan seperti yang oppa lihat aku hanya...”
“a-ra (aku tahu), kamu hanya membela dirikan? Aku melihatnya dari awal perdebatan kalian”
“tapi sebenarnya aku gak pengen buat mereka seperti itu, mereka yang memancing emosiku, mianhe oppa”
“any, kamu kan hanya ingin bela diri mereka pantas mendapatkannya”
“apa yang kalian bicarakan?  Mian, aku tidak mengerti”**  tanya laki-laki yang tak asing bagiku itu, tapi ini pertama kalinya pertemuan kami secara langsung.
“siapa dia, oppa?”
“oh, ini teman ku namanya kim myung soo”
“oh bukankah dia member Infinite?”
“iya, perkenalkan nama kamu”
“hello,nama ku  Shellia, aku adik  Bryan oppa”**
“hai, aku kim myung soo, aku teman Bryan, kamu tadi benar-benar hebat”**
“ thanks, myung soo  oppa” **
        Sekolah ku hari ini benar-benar terkesan mendapat teman sekaligus orang yang membenciku tapi sebenarnya aku tidak menginginkan musuh disini, siang ini sepulang sekolah Bryan oppa mengajakku kesuatu tempat dia mengatakan itu tempat kerja aboji tapi dia tidak mengatakan tempatnya, dia langsung mengajakku ketempat itu tanpa pulang terlebih dulu.
“oppa, kita mau kemana?”
“ketempat dimana aboji bekerja”
“aro-aro, tapi dimana tempatnya?”
“nanti kamu bakal tahu”
Beberapa menit kamudian oppa mengatakan bahwa kami telah sampai. Omo, itu benar-benar tempat yang belum pernah ku bayangkan, apa mungkin aboji  presdir di tempat ini? Wah daebak.
“oppa, ini serius? Wah ..”
“whe?”
“aboji benar presdir di Woollim entertainment? Daebak!”
“apa itu begitu menakjubkan? Bagiku ini biasa saja.”
“karna oppa sudah terbiasa dengan ini, tapi bagiku ini menakjubkan, apa aku sekarang bisa bertemu idol? Wow.”
“ye, bukannya kamu tadi bertemu myungsoo dia kan juga idol”
“ya, tadi aku juga sudah merasa beruntung”
“sudah, ayo masuk”
“tte,oppa”
        Huh, hari itu aku merasa seperti orang yang paling beruntung didunia, dari dulu melihat langsung sunggyu oppa adalah mimpiku ternyata mimpi itu juga akan terwujud sebentar lagi, bertemu dengan aboji dan oppa adalah hal yang paling menakjubkan bagiku, mereka seperti orang yang bisa mengabulkan semua mimpiku, tapi setiap aku melakukan apapun aku selalu merindukan keluargaku.
“ selamat siang”* aku dan oppa mengatakan ya dengan bersamaan
“oh, Bryan, siapa yang bersamamu itu? Tidak biasanya membawa wanita kesini”*
“tte dongsaeng (ini adikku)”*
“bukankah kamu anak tunggal?”*
“ya tapi dia seperti adikku, dia berasal dari indonesia, ini hari ke 3 dia di korea” *
“hallo, namaku shellia, senang bertemu dengan kalian”**
“hai, kami nell senang bertemu shellia-shi”**
“hello, kami infinite”**
“dan kami Lovelyz”**
Enam bulan kemudian
            Sudah enam bulan aku menetap di korea, aku sudah tak asing lagi di tempat ini, bahasa korea ku sudah sedikit lancar, dan aku juga mulai terbiasa dengan cuaca dingin disini, sebenarnya aku merindukan suasana kampung halaman ku, dua hari lagi adikku Elmy akan ke korea berlibur karena ada libur semester kehadirannya mungkin bisa mengurangi sedikit kerinduan ku pada keluarga, aku tak sabar menanti kedatangannya.
        Sore ini aku di apartement bersama Bryan oppa, Bryan oppa sudah biasa main di apartementku kadang ia mengajak temannya yang ada di woollim ent, tiba-tiba aku mendapat telefon dari Elmy adikku.
“ Shellia: hallo, ada apa tumben telfon?”
“Elmy: Cuma mau bilang aku udah dapet tiket ,kak. Nanti kalo udah sampek jemput ya?”
“Shellia: iya di jemput, emang kalo gak dijemput tau mau naik apa?”
“Elmy: nggak sih kak. Udah ya kak aku cuma mau kasih tahu itu aja ”
“Shellia: Iya bilang sama mama dan papa kakak titip salam kakak kangen sama mereka”
“Elmy: iya”
Dua hari kemudian
Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba, Hari ini Elmy akan tiba di bandara jam 2 sore, aku sangat senang sekali, sore itu aku menunggu Elmy dengan oppa kami menunggu di bandara dari jam setengah 2, saat orang-orang turun dari pesawat dan keluar aku adikku melambai kan tangannya padaku, dia sedikit terlihat berbeda dari terakhir kali kami bertemu.
“kakak!!”
“adek sinikakak bantu, tahu nggak kakak kangen banget sama kamu”
“aku juga kangen sama kakak, oh ya kak itu siapa? Pacar kakak? Terus, nasib kak Rendy gimana?kakak selingkuh?”
“hust, ngawur, ini kak Bryan, kakak angkat kakak di sini anak pak Lee seung hoon”
“oh”
“hai, kamu Elmy ya? Aku Bryan”
“iya saya Elmy, loh kok kakak bisa bahasa Indonesia”
“udah deh nanya mulu nanti kakak ceritain”
“kan aku nanya sama kak Bryan kok kakak yang sewot”
Setelah itu aku dan oppa mengajak Elmy ke apartement. Beberapa menit kemudian kami sudah sampai di apartement, aku menyuruhnya untuk mandi dan makan setelah itu membereskan barang-barangnya.
“kakak!”
“kenapa?”
“besok ke mall ya aku gak punya pakaian yang tebal kan disini dingin”
“iya besok ita ke mall, mandi dulu sana, terus makan sama kita”
“iya”
        Setelah Elmy selesai mandi kami makan bersama, rasanya seneng banget setelah 6 bulan gak meliat dia sekarang sudah bisa makan sama dia. Setelah kami makan kami keruang kaluarga untuk mengobrol, tapi oppa saat itu tidak bisa ikut mengobrol karna harus segera pulang.
Folded Corner: Dear Shellia,
 Gimana kabar kamu sekarang? Maaf, 2 bulan ini aku gak ngasih kabar ke kamu, kamu pasti bertanya-tanyakan? Sebenernya, aku pengen ngasih tahu ini dari 2 bulan yang lalu, tapi aku masih ragu, semenjak kamu pergi kekorea awalnya aku baik-baik aja, biasa-biasa aja, aku juga nyoba buat setia nunggu kamu, tapi akhir-akhir ini aku ngerasa aku gak bisa ngejalanin hubungan jarak jauh kaya gini,  semua kaya sia-sia, kamu pasti tahu rasanya aneh dan aku gak biasa berhubungan kaya gini,  jadi aku putusin buat nulis surat ini ke kamu, aku udah gak bisa lanjutin hubungan ini sama kamu aku juga pengen dapet pacar yang selalu ada di sampingku, maafin aku.
          From,
          Rendy
“kak, pas aku mau kesini aku dapet titipan surat dari kak Rendy buat kak ini suratnya”  Elmy sambil menyerahkan surat yang dimaksud itu, dan aku langsung membuka dan membacanya.






        Ini kedua kalinya aku menangis tersedu-sedu setelah membaca surat, tapi waktu itu surat penolakan untuk beasiswa sekolah di Inha University, kali ini surat penolakan untuk perasaanku dan ini rasanya lebih sakit bahkan tiga kali lipatnya. Jadi, ini balasan atas kesetiaanku selama ini? berarti selama ini Rendy gak bener-bener sayang sama aku? surat ini dalam sekejap bisa merubah rasa bahagiaanku menjadi perasaan yang paling menyedihkan.
“jangan nangis dong kak, banyak kok yang lebih baik dari kak Rendy, pasti nanti cepet dapet gantinya kok”
“kakak gak papa kok, semoga aja kakak bisa cepet lupain Rendy”
“gak usah pura-pura kuat gitu kak, Elmy tahu perasaan kakak lagi hancur, lebih baik kakak istirahat aja”
“iya, mungkin dengan gitu kakak besok bisa tenang”


Bersambung

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts