DALAM MIMPIKU
KARYA: Shela damayanti
XI AK 5
Tahun 2012
f
|
ikiranku melayang menyusuri setiap lamunan, sesekali aku menghela nafas,
mencoba mencari arti dari setiap kebingunganku, perasaan ini begitu asing karna
aku tak pernah merasakan ini sebelumnya, terdiam dan termenung seolah menjadi
kebiasaanku saat ini, semua karna ayah, dia tak pernah sedikitpun memperdulikan
ku, entah mengapa akhir-akhir ini dia menjadi berubah tapi perubahannya malah menambah
masalah baru untukku.
“Aku tidak akan pernah mau pindah ke sekolah itu
sekalipun Ayah memohon-mohon padaku” kata itu muncul saat ku mulai geram dengan
sikap otoriter Ayahku.
“Maya,
kamu harus menuruti kata-kata Ayah” jawab Ayah ku itu. Semenjak ibu meninggal
Ayahku hanya memanggilku dengan sebutan Maya tak seperti Ayah-Ayah yang lain
memanggil anaknya dengan sebutan yang indah dengan penuh kasih sayang.
“Aku nggak akan pernah mau pindah, kalau maksud Ayah
buat mindahin aku cuman gara-gara Ayah mau ngedeketin aku sama tante Dira, Maya
ogah yah” Aku masih kekeh dengan keputusanku.
“Kamu setuju atau enggak ayah akan tetep mindahin
kamu, May” jawabnya.
Aku hanya diam dan tak memperdulikan
kata-kata ayahku itu.
“Ayah nanti akan minta surat pengajuan pindah dari
sekolah, kamu gak akan bisa nolak lagi” sambungnya.
“Sudahlah yah Maya gak mau debat sama ayah” Aku tak
bicara lagi dan buru-buru pergi menuju sekolah pagi itu.
Sampai di sekolah aku tak sengaja melihat Bryan
sahabatku, ia bersama seorang gadis yang memakai seragam sekolah berbeda dengan
kami, kami bersekolah di SMA INDAH, yang ku tahu seragam gadis itu adalah
seragam siswa dari STARHIGH yang merupakan musuh besar sekolah kami.
“Bryan... Tunggu!” Aku mencoba memanggilnya.
“Apasih May aku lagi buru-buru” Jawabnya ketus.
“Gak usah belagak gak tahu deh,aku tahu kamu
mengerti apa yang mau aku tanya” Ucapku jengkel.
“Sudah deh May itu gak penting” Ia melangkahkan
kakinya dan pergi dari hadapanku, tapi aku mengikutinya dari belakang.
“Kok jadi kamu sih yang marah?” Aku bingung dengan
sikapnya seharusnya aku yang marah karna dia dekat dengan siswi STARHIGH tapi
kenapa dia yang marah.
“Bukannya kamu juga udah gak nganggep aku sahabat,
sampai hal penting mengenai perpindahan sekolah kamupun kamu gak cerita sama
aku”
“Gak gitu, aku juga gak mau pindah bryan tapi Ayah
yang memaksa, aku gak bisa nolak” Suaraku mulai bergetar, ingin rasanya aku
menangis saat itu.
“Jangan nangis dong May aku gak maksud gitu, aku
janji sama kamu aku akan selalu ada buat kamu walaupun aku sedikit kecewa kamu
rahasiain ini sama aku” ucapannya menghiburku kala itu.
“Tapi aku gak mau pindah, aku takut mereka akan
membullyku kalau mereka tau aku pindahan dari SMA INDAH”.
Saat itulah kala terakhir aku menginjakkan kaki di
SMA INDAH. Dan hari ini hari pertamaku bersekolah di STARHIGH.Pagi ini aku
dijemput oleh Bryan karna dia berjanji akan mengantarkanku saat aku pertama
masuk sekolah, lagipula pacarku sedang sibuk hari ini.
“Maya...” Suara itu kudengar dari kamarku,dan aku
tersentak untuk berdiri menghampirinya.
“Sebentar..”Sahutku sembari berlari keluar menuju
pintu gerbang.
“Maya?? Sejak kapan kamu pakek behel? Trus kok
dandan feminim gini kesambet apaan? Pakek softlenss biru kaya gitu lagi,
bukannya kamu gak suka warna biru ya?” Rombongan pertanyaan itu terlontar dari
mulutnya sampai-sampai aku bingung harus memjawab dari mana, itu wajar karna
aku tahu perubahan spontan seperti ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang
yang telah mengenalku sejak lama.
“sejak aku sekolah di STARHIGH, sudahlah ayo
beragkat” ajakku.
“Okey deh” kata itu mengakhiri obrolanku dengan
sahabatku itu hari ini.
* * *
H
|
ari ini aku sangat tegang walau aku dan Ayahku telah sepakat untuk
merahasiakan sekolah lamaku, tapi ini tempat musuhku dan aku sebenarnya tak
berhak ada di tengah-tengah mereka saat ini.
“BRAKK” seseorang menabrakku dari belakang, ingin
rasanya aku memakinya saat itu, tapi sebelum aku mampu melakukannya dia
tersenyum manis dan meminta maaf padaku hal itulah yang membuat ku membatalkan
untuk memakinya.
Pagi itu aku diantar oleh wali kelas IPA 3 untuk
masuk kelas baruku. Suasana kelas itu sangat berbeda dengan sekolah lama ku,
aku melihat kelas ini penuh dengan
pencitraan dan kepura-puraan HUH Bosannya..
“Pagi anak-anak” ucap wali kelas IPA 3 itu.
“Pagi pak”
“Ayo perkenalan namamu” pintanya padaku.
“Hai semua aku murid baru dikelas ini namaku Maya
Azekha Akhsary kalian boleh panggil aku Maya”.
“Oke cukup kamu boleh duduk di sebelah Panca”
ucapnya.
“Baik pak”.
Pelajaran pagi itu telah dimulai guru menerangkan
pelajaran demi pelajaran tapi aku masih asing dan belum bisa beradaptasi
disini.
“Hai, aku Panca” Ketua OSIS itu mengajakku
berkenalan saat jam istirahat tiba.
“Aku Maya”
“Aku boleh nanya gak sama kamu?” Kata ketua OSIS
itu.
“Boleh, tanya apa?”
“Apasih alasan kamu pindah kesini?”
“Aku pindah kesini karna keegoisan ayah dan Seseorang yang sangat menginginkan aku
pindah kesini”
“Keegoisan??”
Tanyanya bingung.
“Sudahlah tak usah terlalu difikirkan” Ucapku
“NUT....NUT....NUT....NUT....”
HP ku berunyi dan itu telfon dari Guntur
pacarku dia bersekolah di SMA JAYA yang masih satu yayasan dengan SMA INDAH dan
otomatis juga sebagai musuh STARHIGH, tapi sampai saat ini Guntur belum tahu
kalau aku bersekolah di STARHIGH.
GUNTUR : Yank, lagi apa nih?
MAYA : Aku lagi istirahat aja
kok
GUNTUR : Aku kangen deh sama kamu, maaf ya Yank dari 3 hari kemarin gak
bisa ketemuan sama kamu, nanti pulang sekolah aku jemput ya?
MAYA : Aku juga kangen sama
kamu kok Say, nanti gak usah jemput deh nanti aja kita ketemuan biar lebih lama
berdua sama kamunya
GUNTUR : Gak papa nanti aku anter pulang trus ketemuan lagi
MAYA : Gak usah Say, lagi pula
tadi aku udah terlanjur telfon buat
pesen taxi
GUNTUR : Yaudah kalau itu mau kamu , udah dulu ya Yank udah bel masuk
nih, I LOVE YOU, SAYANG.
MAYA : LOVE YOU TOO, SAYANG.
“Siapasih kok gugup gitu
jawabnya?”
“Pacar ku” Jawabku singkat., panca hanya terdiam saat itu dan aku tahu
kalau ada rasa kekecewaan di hatinya tapi aku tak tau apa itu,entah apakah ada
yang salah dari perkataanku siang itu.
“Kamu jeles
ya ?” Kata itu tak sengaja keluar dari mulutku.
“Enggak kok” Ucapnya
gugup.
* * *
2
Minggu berlalu
s
|
aat itu tiba aku sudah berada pada
titik jenuh ku berminggu-minggu aku sulit beradaptasi, aku lelah dengan semua
ini, aku lelah berpura-pura menjadi orang lain, aku sudah mulai asing dengan
diriku sendiri, aku rindu masa-masa seperti dulu, aku sudah LELAAAH.
“Jenuh, bosan, lelah
sekarang sudah mulai akrab bersahabat denganku, huhh” kata Itu selalu ku ucapkan dalam setiap
lagkah perjalananku pulang, kata itu pula yang sekarang sedang akrab denganku.
pagi telah tiba, awan hitam tlah tergantikan oleh
awan putih yang menyalimuti langit, aku
tak tahu kapan semua ini beakhir, yang bisa membuatku sedikit melupakan hal
buruk ini hanyalah Panca, entah sejak kapan aku mulai dekat dengannya yang ku
tahu akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku mulai meratapi jenuhnya kabohongan
ini, dia yang selalu menghiburku sementara Guntur pacarku malah sibuk dengan
urusannya sendiri.
“Pagi May” Panca menyapaku dengan ramah pagi itu,
entah mengapa senang sekali rasanya mendengar sapaan Panca hari itu.
“Pagi juga, kok tumben pagi gini udah dateng
biasanya masih lama?”
“Lagi pengen aja lebih
lama liat kamu.” Kata itu seolah
membuatku melayang ,apa ini cinta? Tapi aku tak mau mendua, aku juga masih
menyayangi Guntur dia sangat baik dan sangat mencintaiku, aku tak akan pernah
bisa menyakitinya.
“May, kok diem?” kata itu
membuatku tersadar dari fikiran-fikiran itu.
“Gak papa, ayo masuk
kelas” aku memcoba mengalihkan pembicaraan.
Jam pulang sekolah
tiba aku berjalan pulang menyusuri
jalan bersama Panca, sejak kami berteman kami memang lebih sering pulang
bersama karna memang kebetulan rumah kami searah. Saat kami melewati taman
terlihat sosok yang tak asing bagiku, ia mendekat pada ku.
“Maya, jadi gini kelakuan
kamu, jalan sama cowok lain?” ujarnya,
lebih tepatnya Suara itu terdengar membentak
bagiku, dan ia menarik tanganku untuk menjauh dari hadapan Panca.
“Enggak, dia Cuma
temenku,”
“Tak usah mencoba berdusta
padaku aku sudah hafal sikapmu saat kamu jujur atau berbohong, dan kenapa kamu
pakai seragam STARHIGH ? Kamu sekolah di STARHIGH ?” ucapannya seolah mendadak
seperti mengintrogasiku.
“I..i..i..iy..iya.. maafin
aku Guntur?” aku gugup menjawabnya.
“Aku gak butuh kata maaf
kamu aku udah terlanjur kecewa sama kamu, lebih baik sekarang kita
sendiri-sendiri aja!” ucapannya membuatku tak bisa bergerak lagi, lemas badan
ini mendengar ucapannya, Dan dia meninggalkanku beserta kekecewaan yang tengah merundung
hatiku.
Panca tak bertanya apa-apa padaku karna dia sudah
tahu apa yang sedang terjadi padaku, dan setelah itu ia mengantarku pulang.
* * *
Satu minggu telah berlalu
P
|
anca dia selalu ada untukku apa lagi sejak kejadian satu miggu yang lalu
dia menjadi lebih perhatian padaku, dia selalu setia mendengar
curhatan-curhatan ku.
“May, aku boleh jujur gak sama
kamu?”ucapannya mengawali obrolan kami pagi itu.
“Boleh mau ngomong apa?”
“Tapi kamu jangan marah
ya” Ia seolah menjadi tak pecaya diri berbicara denganku.
“Iya aku gak akan marah
kok” Ucapku.
“Sebenarnya aku suka sama
kamu sejak aku liat dan nabrak kamu pertama kali, kamu mau gak selalu ada buat
aku?”
“Maksud kamu jadi pacar kamu?”
aku bingung harus bagaimana untuk menjawabnya.
“Iya” Jawabnya singkat.
“Tapi aku mau jujur sama
kamu, sebenernya aku musuh kamu”
“Maksud kamu?” Jawabnya
bingung.
“Aku sebenarnya pindahan
dari SMA INDAH otomatis aku musuh kamu kan?” Aku sedikit ragu untuk
mengatakannya tapi aku harus mengatakan sejujurnya sebelum dia akan begitu
kecewa.
“Aku sudah tahu.” Ucapnya
singkat
“Hah..?” Aku bingung dari
mana dia tahu dan siapa yang mengatanya.
“Aku
sudah tau sejak lama, tak penting kalau kamu menanyakan dari mana aku
mengetahuinya, karna yang penting kamu baik dengan ku.” Aku masih tak habis
fikir dia masih tetap mau berteman denganku meski ia tahu latar belakangku,
mungkin berbeda dengan siswa yang lain.
“Bagaimana?”
tanyanya.
“Bagaimana
apanya?”
“Kamu
mau atau tidak jadi pacarku?” Ucapnya menjelaskan padaku.
“O.K. Aku mau
jadi pacar kamu.” Jawabku
“Benar?”
jawabnya
“Iya”
Ucapku
* * *
BRAK...BRAK...BRAK...
S
|
uara Ayah menggedor-gedor pintu kamarku
itu membangunkanku, rasanya nyawaku masih belum berkumpul dalam tubuhku,
“Kok foto
Guntur masih di kamarku? bukannya aku sudah menggantinya dengan foto Panca
pacarku?”
Aku bingung saat itu apa yang ku alami tadi hanya
mimpi? Atau kenyataan? Ternyata benar semua yang ku alami tadi hanyalah mimpi
entah mengapa semua itu seperti nyata bagiku, sampai-sampai aku tak percaya
mimpi itu tak pernah terjadi dalam hidupku,dan Panca juga tak pernah ada
didunia yang nyata ini, karna mimpi itu aku jadi bangun kesiangan ditambah aku lama
memikirkan itu sampai –sampai aku terlambat bersekolah ke SMA INDAH, sekolah
tercintaku.
Sms Guntur lah yang meyakinkan ku kalau tadi hanya
mimpi dan ini adalah alam nyata, sms mesra Guntur yang mewarnai setiap pagiku
kini masih ada dan aku sangat senang dengan itu.
Tapi masalah Tante Dira benar-benar nyata dalam
hidupku, pagi ini tante Dira datang kerumah ku dia benar-benar akan jadi ibu
tiriku baik dalam mimpi atau nyata semua tak akan berubah, sudahlah aku tak mau
pusing memikirkannya, yang penting aku beruntung Guntur masih menjadi pasangan
kekasihku itu sudah membuat ku bersyukur pada Allah, aku tak bisa membayangkan
kalau aku benar-benar putus dengan Guntur itu pasti akan membuat aku terpuruk,
karna aku tak bisa jauh darinya.
Tahun 2014
S
|
ejak saat itu hingga sekarang aku merasa terbayang-bayang apa maksud dari
mimpi itu, dan aku masih ingat persis bagaimana jalan cerita mimpiku, begitu
nyata aku merasakannya, aku memutuskan untuk mengabadikan mimpi itu agar aku
bisa selalu mengingatnya, aku mencoba menjadikan mimpi itu bahan cerita
cerpenku, dan Guntur pacar nyataku sangat mendukungku, aku juga telah
menceritakan mimpiku padanya dan ia malah tersenyum dan tertawa bahagia saat
dia mengetahui rasa kekhawatiranku yang begitu besar saat jauh darinya, menurutnya
itu berarti aku benar-benar menyayanginya.
THE
END
사랑해 리살라랸도
0 komentar:
Posting Komentar