Senin, 06 April 2015

DALAM MIMPIKU

KARYA: Shela damayanti
XI AK 5

Tahun 2012
f
ikiranku melayang menyusuri setiap lamunan, sesekali aku menghela nafas, mencoba mencari arti dari setiap kebingunganku, perasaan ini begitu asing karna aku tak pernah merasakan ini sebelumnya, terdiam dan termenung seolah menjadi kebiasaanku saat ini, semua karna ayah, dia tak pernah sedikitpun memperdulikan ku, entah mengapa akhir-akhir ini dia menjadi berubah tapi perubahannya malah menambah masalah baru untukku.
“Aku tidak akan pernah mau pindah ke sekolah itu sekalipun Ayah memohon-mohon padaku” kata itu muncul saat ku mulai geram dengan sikap otoriter Ayahku.
          “Maya, kamu harus menuruti kata-kata Ayah” jawab Ayah ku itu. Semenjak ibu meninggal Ayahku hanya memanggilku dengan sebutan Maya tak seperti Ayah-Ayah yang lain memanggil anaknya dengan sebutan yang indah dengan penuh kasih sayang.
“Aku nggak akan pernah mau pindah, kalau maksud Ayah buat mindahin aku cuman gara-gara Ayah mau ngedeketin aku sama tante Dira, Maya ogah yah” Aku masih kekeh dengan keputusanku.
“Kamu setuju atau enggak ayah akan tetep mindahin kamu, May” jawabnya.
Aku hanya diam dan tak memperdulikan  kata-kata ayahku itu.
“Ayah nanti akan minta surat pengajuan pindah dari sekolah, kamu gak akan bisa nolak lagi” sambungnya.
“Sudahlah yah Maya gak mau debat sama ayah” Aku tak bicara lagi dan buru-buru pergi menuju sekolah pagi itu.
Sampai di sekolah aku tak sengaja melihat Bryan sahabatku, ia bersama seorang gadis yang memakai seragam sekolah berbeda dengan kami, kami bersekolah di SMA INDAH, yang ku tahu seragam gadis itu adalah seragam siswa dari STARHIGH yang merupakan musuh besar sekolah kami.
“Bryan... Tunggu!” Aku mencoba memanggilnya.
“Apasih May aku  lagi buru-buru” Jawabnya ketus.
“Gak usah belagak gak tahu deh,aku tahu kamu mengerti apa yang mau aku tanya” Ucapku jengkel.
“Sudah deh May itu gak penting” Ia melangkahkan kakinya dan pergi dari hadapanku, tapi aku mengikutinya dari belakang.
“Kok jadi kamu sih yang marah?” Aku bingung dengan sikapnya seharusnya aku yang marah karna dia dekat dengan siswi STARHIGH tapi kenapa dia yang marah.
“Bukannya kamu juga udah gak nganggep aku sahabat, sampai hal penting mengenai perpindahan sekolah kamupun kamu gak cerita sama aku”
“Gak gitu, aku juga gak mau pindah bryan tapi Ayah yang memaksa, aku gak bisa nolak” Suaraku mulai bergetar, ingin rasanya aku menangis saat itu.
“Jangan nangis dong May aku gak maksud gitu, aku janji sama kamu aku akan selalu ada buat kamu walaupun aku sedikit kecewa kamu rahasiain ini sama aku” ucapannya menghiburku kala itu.
“Tapi aku gak mau pindah, aku takut mereka akan membullyku kalau mereka tau aku pindahan dari SMA INDAH”.
Saat itulah kala terakhir aku menginjakkan kaki di SMA INDAH. Dan hari ini hari pertamaku bersekolah di STARHIGH.Pagi ini aku dijemput oleh Bryan karna dia berjanji akan mengantarkanku saat aku pertama masuk sekolah, lagipula pacarku sedang sibuk hari ini.
“Maya...” Suara itu kudengar dari kamarku,dan aku tersentak untuk berdiri menghampirinya.
“Sebentar..”Sahutku sembari berlari keluar menuju pintu gerbang.
“Maya?? Sejak kapan kamu pakek behel? Trus kok dandan feminim gini kesambet apaan? Pakek softlenss biru kaya gitu lagi, bukannya kamu gak suka warna biru ya?” Rombongan pertanyaan itu terlontar dari mulutnya sampai-sampai aku bingung harus memjawab dari mana, itu wajar karna aku tahu perubahan spontan seperti ini akan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang telah mengenalku sejak lama.
“sejak aku sekolah di STARHIGH, sudahlah ayo beragkat” ajakku.
“Okey deh” kata itu mengakhiri obrolanku dengan sahabatku itu hari ini.
*    *    *
H
ari ini aku sangat tegang walau aku dan Ayahku telah sepakat untuk merahasiakan sekolah lamaku, tapi ini tempat musuhku dan aku sebenarnya tak berhak ada di tengah-tengah mereka saat ini.
“BRAKK” seseorang menabrakku dari belakang, ingin rasanya aku memakinya saat itu, tapi sebelum aku mampu melakukannya dia tersenyum manis dan meminta maaf padaku hal itulah yang membuat ku membatalkan untuk memakinya.
Pagi itu aku diantar oleh wali kelas IPA 3 untuk masuk kelas baruku. Suasana kelas itu sangat berbeda dengan sekolah lama ku, aku melihat kelas ini penuh dengan  pencitraan dan kepura-puraan HUH Bosannya..
“Pagi anak-anak” ucap wali kelas IPA 3 itu.
“Pagi pak”
“Ayo perkenalan namamu” pintanya padaku.
“Hai semua aku murid baru dikelas ini namaku Maya  Azekha  Akhsary  kalian boleh panggil aku Maya”.
“Oke cukup kamu boleh duduk di sebelah Panca” ucapnya.
“Baik pak”.
Pelajaran pagi itu telah dimulai guru menerangkan pelajaran demi pelajaran tapi aku masih asing dan belum bisa beradaptasi disini.
“Hai, aku Panca” Ketua OSIS itu mengajakku berkenalan saat jam istirahat tiba.
“Aku Maya”
“Aku boleh nanya gak sama kamu?” Kata ketua OSIS itu.
“Boleh, tanya apa?”
“Apasih alasan kamu pindah kesini?”
“Aku pindah kesini karna keegoisan ayah  dan Seseorang yang sangat menginginkan aku pindah kesini”
“Keegoisan??”  Tanyanya bingung.
“Sudahlah tak usah terlalu difikirkan” Ucapku
“NUT....NUT....NUT....NUT....”
  HP ku berunyi dan itu telfon dari Guntur pacarku dia bersekolah di SMA JAYA yang masih satu yayasan dengan SMA INDAH dan otomatis juga sebagai musuh STARHIGH, tapi sampai saat ini Guntur belum tahu kalau aku bersekolah di STARHIGH.
GUNTUR : Yank, lagi apa nih?
MAYA      : Aku lagi istirahat aja kok
GUNTUR : Aku kangen deh sama kamu, maaf ya Yank dari 3 hari kemarin gak bisa ketemuan sama kamu, nanti pulang sekolah aku jemput ya?
MAYA      : Aku juga kangen sama kamu kok Say, nanti gak usah jemput deh nanti aja kita ketemuan biar lebih lama berdua sama kamunya
GUNTUR : Gak papa nanti aku anter pulang trus ketemuan lagi
MAYA      : Gak usah Say, lagi pula tadi aku udah terlanjur  telfon buat pesen taxi
GUNTUR : Yaudah kalau itu mau kamu , udah dulu ya Yank udah bel masuk nih, I LOVE YOU, SAYANG.
MAYA      : LOVE YOU TOO, SAYANG.
          “Siapasih kok gugup gitu jawabnya?”
“Pacar ku” Jawabku singkat.,  panca hanya terdiam saat itu dan aku tahu kalau ada rasa kekecewaan di hatinya tapi aku tak tau apa itu,entah apakah ada yang salah dari perkataanku siang itu.
“Kamu jeles ya ?” Kata itu tak sengaja keluar dari mulutku.
          “Enggak kok” Ucapnya gugup.
*      *      *
2 Minggu berlalu
s
aat  itu tiba aku sudah berada pada titik jenuh ku berminggu-minggu aku sulit beradaptasi, aku lelah dengan semua ini, aku lelah berpura-pura menjadi orang lain, aku sudah mulai asing dengan diriku sendiri, aku rindu masa-masa seperti dulu, aku sudah LELAAAH.
          “Jenuh, bosan, lelah sekarang sudah mulai akrab bersahabat denganku, huhh”  kata Itu selalu ku ucapkan dalam setiap lagkah perjalananku pulang, kata itu pula yang sekarang sedang akrab denganku.
pagi telah tiba, awan hitam tlah tergantikan oleh awan putih yang menyalimuti langit,  aku tak tahu kapan semua ini beakhir, yang bisa membuatku sedikit melupakan hal buruk ini hanyalah Panca, entah sejak kapan aku mulai dekat dengannya yang ku tahu akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku mulai meratapi jenuhnya kabohongan ini, dia yang selalu menghiburku sementara Guntur pacarku malah sibuk dengan urusannya sendiri.
“Pagi May” Panca menyapaku dengan ramah pagi itu, entah mengapa senang sekali rasanya mendengar sapaan Panca hari itu.
“Pagi juga, kok tumben pagi gini udah dateng biasanya masih lama?”
          “Lagi pengen aja lebih lama liat kamu.”   Kata itu seolah membuatku melayang ,apa ini cinta? Tapi aku tak mau mendua, aku juga masih menyayangi Guntur dia sangat baik dan sangat mencintaiku, aku tak akan pernah bisa menyakitinya.
          “May, kok diem?” kata itu membuatku tersadar dari fikiran-fikiran itu.
          “Gak papa, ayo masuk kelas” aku memcoba mengalihkan pembicaraan.
Jam pulang sekolah  tiba aku berjalan pulang menyusuri  jalan bersama Panca, sejak kami berteman kami memang lebih sering pulang bersama karna memang kebetulan rumah kami searah. Saat kami melewati taman terlihat sosok yang tak asing bagiku, ia mendekat pada ku.
          “Maya, jadi gini kelakuan kamu, jalan sama cowok lain?”  ujarnya, lebih tepatnya Suara itu terdengar  membentak bagiku, dan ia menarik tanganku untuk menjauh dari hadapan Panca.
          “Enggak, dia Cuma temenku,”
          “Tak usah mencoba berdusta padaku aku sudah hafal sikapmu saat kamu jujur atau berbohong, dan kenapa kamu pakai seragam STARHIGH ? Kamu sekolah di STARHIGH ?” ucapannya seolah mendadak seperti mengintrogasiku.
          “I..i..i..iy..iya.. maafin aku Guntur?” aku gugup menjawabnya.
          “Aku gak butuh kata maaf kamu aku udah terlanjur kecewa sama kamu, lebih baik sekarang kita sendiri-sendiri aja!” ucapannya membuatku tak bisa bergerak lagi, lemas badan ini mendengar ucapannya, Dan dia meninggalkanku beserta kekecewaan yang tengah merundung hatiku.
Panca tak bertanya apa-apa padaku karna dia sudah tahu apa yang sedang terjadi padaku, dan setelah itu ia mengantarku pulang.
*      *      *
Satu minggu telah berlalu
P
anca dia selalu ada untukku apa lagi sejak kejadian satu miggu yang lalu dia menjadi lebih perhatian padaku, dia selalu setia mendengar curhatan-curhatan ku.
          “May, aku boleh jujur gak sama kamu?”ucapannya mengawali obrolan kami pagi itu.
          “Boleh mau ngomong apa?”
          “Tapi kamu jangan marah ya” Ia seolah menjadi tak pecaya diri berbicara denganku.
          “Iya aku gak akan marah kok” Ucapku.
          “Sebenarnya aku suka sama kamu sejak aku liat dan nabrak kamu pertama kali, kamu mau gak selalu ada buat aku?”
          “Maksud kamu jadi pacar kamu?” aku bingung harus bagaimana untuk menjawabnya.
          “Iya” Jawabnya singkat.
          “Tapi aku mau jujur sama kamu, sebenernya aku musuh kamu”
          “Maksud kamu?” Jawabnya bingung.
          “Aku sebenarnya pindahan dari SMA INDAH otomatis aku musuh kamu kan?” Aku sedikit ragu untuk mengatakannya tapi aku harus mengatakan sejujurnya sebelum dia akan begitu kecewa.
          “Aku sudah tahu.” Ucapnya singkat
          “Hah..?” Aku bingung dari mana dia tahu dan siapa yang mengatanya.
          “Aku sudah tau sejak lama, tak penting kalau kamu menanyakan dari mana aku mengetahuinya, karna yang penting kamu baik dengan ku.” Aku masih tak habis fikir dia masih tetap mau berteman denganku meski ia tahu latar belakangku, mungkin berbeda dengan siswa yang lain.
          “Bagaimana?” tanyanya.
          “Bagaimana apanya?”
          “Kamu mau atau tidak jadi pacarku?” Ucapnya menjelaskan padaku.
 “O.K. Aku mau jadi pacar kamu.” Jawabku
 “Benar?” jawabnya
          “Iya” Ucapku
*      *      *

       BRAK...BRAK...BRAK...
S
uara Ayah menggedor-gedor pintu kamarku  itu membangunkanku, rasanya nyawaku masih belum berkumpul dalam tubuhku,
 “Kok foto Guntur masih di kamarku? bukannya aku sudah menggantinya dengan foto Panca pacarku?”
Aku bingung saat itu apa yang ku alami tadi hanya mimpi? Atau kenyataan? Ternyata benar semua yang ku alami tadi hanyalah mimpi entah mengapa semua itu seperti nyata bagiku, sampai-sampai aku tak percaya mimpi itu tak pernah terjadi dalam hidupku,dan Panca juga tak pernah ada didunia yang nyata ini, karna mimpi itu  aku jadi bangun kesiangan ditambah aku lama memikirkan itu sampai –sampai aku terlambat bersekolah ke SMA INDAH, sekolah tercintaku.
Sms Guntur lah yang meyakinkan ku kalau tadi hanya mimpi dan ini adalah alam nyata, sms mesra Guntur yang mewarnai setiap pagiku kini masih ada dan aku sangat senang dengan itu.
Tapi masalah Tante Dira benar-benar nyata dalam hidupku, pagi ini tante Dira datang kerumah ku dia benar-benar akan jadi ibu tiriku baik dalam mimpi atau nyata semua tak akan berubah, sudahlah aku tak mau pusing memikirkannya, yang penting aku beruntung Guntur masih menjadi pasangan kekasihku itu sudah membuat ku bersyukur pada Allah, aku tak bisa membayangkan kalau aku benar-benar putus dengan Guntur itu pasti akan membuat aku terpuruk, karna aku tak bisa jauh darinya.



Tahun 2014
S
ejak saat itu hingga sekarang aku merasa terbayang-bayang apa maksud dari mimpi itu, dan aku masih ingat persis bagaimana jalan cerita mimpiku, begitu nyata aku merasakannya, aku memutuskan untuk mengabadikan mimpi itu agar aku bisa selalu mengingatnya, aku mencoba menjadikan mimpi itu bahan cerita cerpenku, dan Guntur pacar nyataku sangat mendukungku, aku juga telah menceritakan mimpiku padanya dan ia malah tersenyum dan tertawa bahagia saat dia mengetahui rasa kekhawatiranku yang begitu besar saat jauh darinya, menurutnya itu berarti aku benar-benar menyayanginya.



THE END







사랑해   리살라랸도

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts