Antara Aku,
Mas Fahesa dan Mbak Mutia
Karya Shela damayanti
Hai namaku Resha,
aku mahasiswa di universitas galuh, ciamis, jawa barat. Aku tinggal dikota ini
bersama orang tuaku, tapi semua kerabat kami tinggal di solo, aku belum lama
tinggal disini, aku menyusul orang tuaku ke kota ini karna aku ingin kuliah
disini. Hari ini aku mendengar kakakku akan segera menikah 2 bulan lagi, sudah
lama sekali aku tak bertemu dengannya, karna ia hanya pulang satu tahun sekali
karna harus bekerja di jakarta.
“ Sha, besok pulangkan lebaran di Solo?” tanya Fahesa kakakku itu dalam telfon.
“iya mas, mas juga pulangkan nanti?” tanyaku kembali
“iya lama gak ketemu sama kamu dan Fosga “
“kangen ya sama aku dan Fosga?”
“iyalah namanya juga adek sendiri, gimana sih?”
“iya deh, udah ya mas aku tutup telfonnya mau ngerjain tugas kampus
nih”
“iya udah yang rajin belajarnya” aku mengakhiri percakapan kami.
Hari sudah
mulai malam aku segera mengepak pakaian ku, akhirnya aku besok pulang kesolo,
kangen banget suasana disana. Apa nantinya aku bakal bertemu dengan kawan lama
dan cinta pertamaku dulu, itu seperti harapan atas kepulanganku kini.
Keesokan
harinya aku, adikku Fosga dan kedua orang tuaku siap untuk berangkat kesolo,
adikku terlihat sangat senang sekali, aku juga sangat senang apa lagi dua hari
lagi hari lebaran, itu menambah kebahagiaan. Kami tiba di solo tengah malam mas
Fahesa yang tiba disolo lebih dulu menjemput kami.
Hari berikutnya
aku, kakakku dan anggota karang taruna mengadakan liburan bersama, ini pertama
kalinya aku liburan dengan kakakku setelah sekian lama. Saat itu aku berada
dibawah air terjun yang indah, mungkin akan lebih indah jika aku ditemani oleh
orang yang ku sayang, tapi sayangnya aku disini bersama kakakku. Tak akan ada
kisah cinta yang terukir di air terjun ini, huh mungkin itu sedikit
mengecewakanku.
“ mas, foto-foto yuk sama aku?” ajakku pada mas Fahesa
“ya udah ayo, udah lama juga kita gak foto bareng”
Akhirnya aku dan
mas fahesa foto bareng, mungkin orang yang tidak tahu aku dan mas fahesa
bersaudara mengira kami berpacaran, kata orang kami sangat romantis tapi tidak
ahh menurutku kami hanya dekat karna kami saudara.
“mas fotonya aku upload ya?”
“terserah kamu, entar tandai mas ya?”
“ok”
Karna aku termasuk
anak sosmed setiap kejadian dan acara selalu ku abadikan dan sering aku upload
di sosmed, dan gak terkecuali acara kali ini, aku menandai mas Fahesa, berapa
ya nanti yang nge-Like huh penasaran direspon gak ya? Biasanya sih aku lebih
suka orang yang ngoment dari pada orang yang nge-Like.
|
![]() |
Aku tidak membalas mention orang itu karna aku tak mengenalnya.
Keesokan harinya aku mendengar mas Fahesa bertengkar dengan lawan bicaranya di
telfon, apa mungkin dengan calon istrinya? Ah entahlah aku tidak ingin ikut
campur.beberapa saat kemudian mas Fahesa menghampiriku, wajahnya muram sekali,
seperti masalah besar telah menghampirinya.
“Sha, kamu bisa nggak bilang kalau kamu tuh adek aku, calon istri
kakak cemburu sama kamu dikira kamu selingkuhan kakak” katanya dengan muka yang sangat lesu dan kecewa
“emang dia gak tahu aku adek kakak?” tanyaku
“enggak, dia kemaren juga
mention kamu kok”
“emang nama twitternya apa?” tanyaku kembali
“ @Mutia_ara”
“ oh itu iya kemaren dia mention terus aku gak mau bales karna aku
gak kenal, itu toh calon istri kakak? Iya nanti aku jelasin kok tenang aja” kataku
|
|
|
Setelah itu
mbak Mutia tidak salah faham lagi, aku malah sering curhat degan mbak Mutia
sekarang, kami jadi akrab layaknya sudah menjadi adik kakak,memang mempunyai
kakak perempuan itu menyenangkan, dia bisa jadi teman, sahabat, atau kakak.
Hari ini kami
semua kembali ke perantauan karena harus menjalani aktifitas seperti semula.
Dan aku pasti akan sibuk lagi dengan urusan kuliahku, HUH melelahkan. Selang
beberapa bulan aku pulang kesolo karena aku pengen ketemu mbak Mutia karena
kata mas Fahesa dia bawa mbak Mutia kesolo jadi aku sempet-sempetin buat
pulang.
2 bulan telah
terlewati 2 hari lagi adalah hari yang ditunggu-tunggu sama mbak Mutia dan mas
Fahesa karena itu hari pernikahan mereka, aku, adek dan kedua orang tuaku
pulang ke Solo untuk menghadiri pernikahan mereka, aku ikut bahagia atas
pernikahan mereka.Ada hal yang membuatku resah atas kepulanganku kali ini, Dico
memohon-mohon padaku untuk ikut denganku hah
sifatnya benar-benar kekanakan aku masih tak percaya ia menjadi pacarku.
Akhirnya aku terpaksa mengajaknya kepernikahan Mbak Mutia dan Mas Fahesa.
Hari pernikahan sudah tiba aku mengajak Dico untuk kenalan dengan
Mbk Mutia dan Mas Fahesa.
“hai mbak, selamat ya semoga bahagia, oh ya mbak ini Dico” kata ku
“oh Diko yang sering kamu ceritain itu ya?” kata mbk Mutia
“jangan buka kartu dong mbak” kataku, aku malu banget sama Dico saat mbk mutia bilang gitu,
entar dia besar kepala lagi.
“iya maaf keceplosan”
kata mbk mutia
“oh hai diko , apa kabar?” taya mbk mutia pada dico
“baik kok mbk, selamat ya mbk atas pernikahannya” kata Dico
“iya, wah kayaknya akan ada yang segera nyusul nih” kata mbk mutia
“ih apa sih mbk, mbk Mutia ngawur deh” kataku malu
“oh ya mbk gak usah cemburu lagi ya sama aku?” ejekku
“ya kan dulu mbk gak tahu kamu keponakannya mas Fahesa” sangkal mbk mutia
“idih ngeles kaya bajai aja” ejekku lagi
“gak papa lah dikit, supaya gak malu aja,, hahaha” tawa itu mengakhiri pecakapan kami.
Ijab Qobul akan segera dimulai, terlihat sekali kegugupan
diwajah mereka berdua, apa lagi mas Fahesa, hahaha itu lucu sekali
jarang-jarang aku lihat mas Fahesa kaya gitu, bisa jadi bahan ejekan nanti, dan
ternyata mas Fahesa melontarkan ijab dengan lancar dan mereka berdua sudah sah
menjadi suami istri.
Cinta itu tak tahu
kapan akan datang tapi jika ia sudah memilih maka kita akan susah untuk melepas
dan menggantinya. Cinta itu indah tapi, saat kita sudah mampu mengetahui cinta
itu tak sekedar manis tapi ada asam yang mampu membuat rasa eneg karna manis
menjadi segar lagi. Cinta itu akan membahagiakan kalau kita mampu saling
memahami satu sama lain entah itu kelebihannya atau kekurangannya, tapi semua
itu akan menjadi poin penting dalam hati masing-masing. Cinta akan kuat kalau kita
mampu melewati cobaan yang ada, mampu menghadapi rasa bosan saat menjalin
hubungan, mampu melewati semua duka dengan senyuman.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar