Rabu, 22 April 2015



ORANG YANG KU SAYANG MENJAUH  KARNA KEBODOHANKU
Karya shela damayanti XI AK 5

Tak pernah ku kira Cinta malah membuatku semakin rapuh. Membuat hati yang dulu kosong kini malah berisi kesedihan. Aku tak tahu mengapa aku terjebak dalam sebuah kebingungan ku sendiri.
Cerita ini bermula dari awal tahun masuk sekolah, kala itu saat matahari mulai mendaki kaki sang langit dan terlihat dari balik awan aku mulai beranjak menuju sekolah. Pertama kali aku melihat pintu gerbang itu aku menyadari itu awal pertemuanku dengan teman – teman baruku.
Pagi ini semua anak baru terlihat sangat antusias untuk bersekolah ditempat yang baru, termasuk aku, hari ini adalah hari yang ku tunggu – tunggu sejak 1 tahun yang lalu, SMA Anugrah adalah sekolah yang dulu ku idam – idamkan. Kini keinginanku untuk bersekolah di SMA Anugrah telah tercapai.
“DEG.”  Jantung ini serasa berhenti sejenak saat aku sekilas menatap mata redupnya dan kehangatan mulai merasuk pada hati ku ini. Aku tak tahu siapa dia, ketika seseorang dari belakangku memanggilnya.
Gilang tunggu !” teriak laki laki itu sembari berlari pada sosok laki – laki yang dipanggilnya panca itu, maka saat itulah aku mengetahui namanya.
“ Ayo dong Tur cepet! ” jawabnya.
“Mau kemana sih Lang cepet – cepet ?” keluh Guntur pada sahabatnya itu dengan nafas terengah – engah.
2 hari telah terlewati dan hari inilah hari terakhir MOS tahun ini. Siswa senior SMA Anugrah mulai sibuk dengan persiapan penutupan MOS pagi itu. Aku dan teman baruku masih duduk dipinggir lapangan menunggu instruksi berkumpul dari kakak senior.
“Prilia, kamu ngeliatin siapa sih ?” Tanya Laila, teman baruku itu. Aku dan Laila mulai berteman 2 hari lalu tepatnya saat hari pertama kami masuk sekolah.
Laila masih diam menunggu – nunggu jawabanku. Tapi aku sengaja diam tidak menyahut atau menoleh kearahnya. Aku hanya tersenyum sebenarnya aku menyadari kebingungan sahabatku itu, tapi aku lebih tertarik pada seseorang yang ada pada pandanganku.
Masa MOS akan  berakhir setelah ditutupnya pidato kepala sekolah SMA Anugrah, sekarang pidato itu telah ditutup dan kami sudah menjadi siswa resmi di SMA ini hari itu juga pembagian kelas untuk murid baru dilakukan. Aku tersentak kaget saat itu karna ternyata aku ditempatkan di satu kelas yang sama dengan Gilang, seseorang yang pertama kali membuat degub jantungku semakin cepat saat menatapnya. Aku juga satu kelas dengan Laila teman baruku.
“La… kayaknya aku bakalan rajin deh masuk sekolah.” Ucapku sembari menatap laki – laki itu.
“Emangnya kenapa Pril?” jawabnya penuh kebingungan. Lagi – lagi aku diam dan tak menjawabnya entah apa yang membuat bibirku ini malas menjawab pertanyaan itu.
Setengah semester  telah ku lalui dan aku masih tak menyangka bisa berteman dengan orang yang ku sayang. Setengah semester ini juga Gilang telah menjadi anak terpopuler di SMA Anugrah. Banyak wanita yang mendekatinya.
“kamu disini lagi rupanya?” sebuah suara riang membuyarkan lamunanku. Hampir 3 hari terakhir ini aku selalu  menyendiri, duduk di taman sekolah seorang diri saat jam istirahat tiba.
“Berhenti menggangguku, aku hanya ingin ketenangan. Ganggu saja wanita – wanita yang biasa denganmu dan memuja – mujamu itu”.
Dia hanya diam dan tetap duduk disampingku dengan senyum menghiasi wajahnya, ia juga tak bergeser sedikitpun dari sampingku, ia seperti tak menghiraukan perkataanku. Aku merasa jengkel dengan kelakuannya.
Gilang aku mohon kamu pergi, aku gak amau kamu tau perasaanku ke kamu, aku gak mau kamu jauhin aku setelah rasa sayang ku ke kamu udah dalem, lebih baik sekarang aku yang menjauh dari kamu, plis Gilang jangan buat aku semakin suka sama kamu.” Gumamku dalam hati.
            Dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Tapi tiba – tiba dia mengulurkan tangannya, memegang tanganku dan menghentikan langkahku.
            “Aku hanya ingin menemanimu disini.” Ujarnya lembut di telingaku.
            “Tapi wanita – wanita itu lebih menginginkanmu disisi mereka sementara aku tidak.” Sanggahku. Dia menggeleng sambil tersenyum dengan senyum khasnya.
            “Aku tidak peduli dengan wanita – wanita itu. Ada yang pernah bilang padaku seseorang mempunyai potensi benci dan sayang dalam porsi yang sama. Kalau kamu bisa menjauhiku aku yakin kamu juga punya potensi untuk menyayangiku, ini semua hanya tentang pola pikir atau mindset kamu saja
            Sifat kamu terlalu cuek panca, sampai kamu lupa kalau masalah hati tidak sesederhana teori seperti itu”
            “lupakan perdebatan ini, sekarang lebih baik kita bergegas karna sepertinya bel masuk tadi sudah berbunyi.” Kata Gilang.
            Kali ini aku menyetujuinya kita berdua berjalan kembali ke kelas. Beberapa jam kemudian setelah pelajaran terakhir selesai bel pulang berbunyi, aku berjalan pulang dengan langkah pasti.
            Gilang, kenapa sih kamu harus bersikap kaya gini sama aku. Aku takut aku semakin  mencintai kamu, aku sudah cukup sakit dengan keadaan seperti ini dan aku tahu perhatian kamu ke aku tadi gak bertahan lama dan Cuma sesaat.” Gumamku dalam hati, saat itu hatiku hanya dikuasai kekecewaan dan kebingungan. Hati ini begitu rapuh saat aku mengingatnya hingga tak ku sangka butir – butir air mataku menetes di setiap langkahku. Disepanjang jalan fikiranku kabur meraba – raba kesegala objek tentang dirinya. Aku sakit, aku rapuh, aku  merasakan keterpurukan yang mendalam saat itu.
            Satu minggu tlah berlalu dengan hari – hari aku menjauhinya. Hingga hari ini tiba aku melihatnya menggandeng tangan wanita lain, dan kekhawatiranku kini menjadi nyata akhirnya aku menyadari menjauhinya keputusan tepat. Mungkin dia mencari cinta lain karna perlakuanku yang buruk padanya satu minggu ini, karna perhatiannya  itu hanya sesaat bagiku.
            “pril, kamu murung lagi?” Sahabatku itu terlihat sangat mengkhawatirkanku . tapi aku tak bisa pura – pura baik – baik saja saat itu. Hari ini tak mendukungku untuk tersenyum.
            “Gak papa kok La.” Aku berbohong padanya walau aku tahu dia tidak akan percaya bahwa aku baik – baik saja.
            Tiga tahun di SMA Anugrah tlah ku lalui tak ada yang berbeda dia yang ku cinta kini tak ku dapat di masa SMA, hari – hariku kini sepi tanpanya tapi kini dia tlah bersama wanita yang lebih pantas mendampinginya. Tiga tahun aku terpuruk, tiga tahun aku menunggu hal yang tak pasti di masa SMA aku harap di masa UNIVERSITAS dia akan untukku.
            Masa MOS di SMA tlah ku lewati dan kini masa OSPEK di UNIVERSITAS juga tlah ku lewati dengan lancar. Tapi sekarang aku jarang bertemu dengan Gilang tapi rasa rindu ini terus membelenggu walau aku bisa melihatnya berangkat sekolah setiap sekolah setiap pagi tapi aku hanya bisa sekedar melihat sosok badannya aku juga tak bisa melihat senyum tawanya. Hati ini rapuh saat aku hanya bisa melihatnya sari seberang jalan. Rasa rindu ini memuncak ketika matahari mulai terlelap dalam tidurnya hingga keremangan mulai muncul lagi, aku memberanikan diri untuk mengiriminya pesan singkat.
            “Hai Gilang apa kabar? Kamu pasti udah lupa ya sama aku.” Tapi aku ragu menekan tombol “send” di hpku aku bingung tapi aku mencoba melawan kebingunganku dengan meyakinkan diri untuk mengirimkannya.
            Aku menunggu balasan pesan singkat darinya, lama sekali aku menunggu tapi ia tak kunjung membalasnya. Mnungkin dia sudah melupakanku. Setelah saat itu aku tak pernah menghubunginya. Kini hari – hariku tak seindah dulu. Walaupun sekarang aku tak bisa dekat dengan dirinya, setidaknya aku dulu pernah melihat canda dan senyumnya setiap hari, meski sekarang tak bisa lagi.
            Suatu malam aku terlelap dalam indahnya lautan mimpi, aku merasa mimpi itu benar – benar nyata tapi ketika pagi menyongsong dan aku terbangun aku menyadari itu hanyalah mimpi. Mimpi itu berceritaa mengenai pertemuanku dengan Gilang setelah aku berdo’a pada Allah agar bertemu dengannya.
            Pagi sudah semakin siang aku pamit pada mamaku untuk pergi kesekolah.
            “Ma, Prilia pamit kekampus ya?” ucapku sembari mencium tangan mama pagi itu.
            iya sayang, hati – hati bawa motornya jangan ngebut – ngebut!” pinta mama padaku
            “iya ma, tenang aja” jawabku singkat dan berjalan keluar mengambil motor.
            Saat aku dalam perjalanan kekampus tak ku sangka aku bertemu dengan Gilang setelah 2 minggu tak pernah melihatnya. Hati in mulai membuka memory tentangnya. Dan mimpiku malam itu benar – benar menjadi kenyataan. Aku senang sekali meski ia seperti mengabaikanku. Mungkin ini pembalasan atas sifatku yang mengabaikannya dulu. Setelah hari itu aku berdoa pada Tuhan. “Ya Allah aku mohon padamu dekatkan Gilang padaku jika ia benar – benar mencintaiku dan jauhkan dia jika dia tidak akan pernah bisa mencintaiku.” Aku berdo’a pada Allah hingga air mataku tak bisa terbendung saat aku melontarkan kata demi kata pada do’a ku.
            Sejak doa itu ku ucapkan aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Satu tahun aku tak tau kabarnya dan itu membuatku bingung sampai sekarangpun aku tak pernah lagi bertemu dengannya.
            Tuhan jika engkau memberiku satu permintaan, aku akan meminta kembalikan aku kemasa lalu agar aku bisa mencabut do’a ku yang menginginkan dia menjauh dariku.
            Tuhan mengapa engkau kabulkan do’a yang akan membuat penyesalan terbesar dalam hidupku, aku ingin dia kembali, aku ingin dia ada disisiku lagi, aku tak ingin dia benar – benar pergi
            Kembalikan dia Tuhan,
            Kembalikan dia untukku.
            Aku harus menyadari mungkin kini kau suda pergi karna kebodohanku. Aku pasti akan rindu senyumanmu, aku kangen banget canda tawamu yang mewarnai hariku. Aku akan selalu mengenangmu, kau selalu ada dalam memoriku dan aku akan terus berhararap kau kembali di sisiku.

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts