ORANG
YANG KU SAYANG MENJAUH KARNA KEBODOHANKU
Karya shela damayanti XI AK 5
Tak pernah ku kira Cinta malah membuatku semakin
rapuh. Membuat hati yang dulu kosong kini malah berisi kesedihan. Aku tak tahu
mengapa aku terjebak dalam sebuah kebingungan ku sendiri.
Cerita ini bermula dari awal tahun masuk sekolah,
kala itu saat matahari mulai mendaki kaki sang langit dan terlihat dari balik
awan aku mulai beranjak menuju sekolah. Pertama kali aku melihat pintu gerbang
itu aku menyadari itu awal pertemuanku dengan teman – teman baruku.
Pagi ini semua anak baru terlihat sangat antusias
untuk bersekolah ditempat yang baru, termasuk aku, hari ini adalah hari yang ku
tunggu – tunggu sejak 1 tahun yang lalu, SMA Anugrah adalah sekolah yang dulu
ku idam – idamkan. Kini keinginanku untuk bersekolah di SMA Anugrah telah tercapai.
“DEG.”
Jantung ini serasa berhenti sejenak saat aku sekilas menatap mata
redupnya dan kehangatan mulai merasuk pada hati ku ini. Aku tak tahu siapa dia,
ketika seseorang dari belakangku memanggilnya.
“Gilang tunggu !” teriak laki laki
itu sembari berlari pada sosok laki – laki yang dipanggilnya panca itu, maka
saat itulah aku mengetahui namanya.
“ Ayo dong Tur cepet! ” jawabnya.
“Mau kemana sih Lang cepet – cepet ?” keluh Guntur pada
sahabatnya itu dengan nafas terengah – engah.
2 hari telah terlewati dan hari inilah hari
terakhir MOS tahun ini. Siswa senior SMA Anugrah mulai sibuk dengan persiapan
penutupan MOS pagi itu. Aku dan teman baruku masih duduk dipinggir lapangan
menunggu instruksi berkumpul dari kakak senior.
“Prilia, kamu ngeliatin siapa sih ?” Tanya Laila, teman baruku itu. Aku dan Laila mulai berteman 2 hari lalu tepatnya
saat hari pertama kami masuk sekolah.
Laila masih diam menunggu – nunggu jawabanku.
Tapi aku sengaja diam tidak menyahut atau menoleh
kearahnya. Aku hanya tersenyum sebenarnya aku menyadari
kebingungan sahabatku itu, tapi aku lebih tertarik pada seseorang yang ada pada
pandanganku.
Masa MOS akan berakhir setelah ditutupnya pidato kepala
sekolah SMA Anugrah, sekarang pidato
itu telah ditutup dan kami sudah menjadi siswa resmi di SMA ini hari itu juga
pembagian kelas untuk murid baru dilakukan. Aku tersentak kaget saat itu karna
ternyata aku ditempatkan di satu kelas yang sama dengan Gilang, seseorang yang pertama kali membuat degub
jantungku semakin cepat saat menatapnya. Aku juga satu kelas dengan Laila teman
baruku.
“La… kayaknya aku bakalan rajin deh masuk
sekolah.” Ucapku sembari menatap laki –
laki itu.
“Emangnya kenapa Pril?” jawabnya penuh
kebingungan. Lagi – lagi aku diam dan tak menjawabnya entah apa yang membuat
bibirku ini malas menjawab pertanyaan itu.
Setengah semester telah ku lalui dan aku
masih tak menyangka bisa berteman dengan orang yang ku sayang. Setengah
semester ini juga Gilang telah menjadi anak
terpopuler di SMA Anugrah. Banyak wanita yang
mendekatinya.
“kamu disini lagi rupanya?” sebuah suara riang
membuyarkan lamunanku. Hampir 3 hari terakhir
ini aku selalu menyendiri, duduk di
taman sekolah seorang diri saat jam istirahat tiba.
“Berhenti menggangguku, aku hanya ingin
ketenangan. Ganggu saja wanita – wanita yang biasa denganmu dan memuja – mujamu itu”.
Dia hanya diam dan tetap duduk
disampingku dengan senyum menghiasi wajahnya, ia juga tak bergeser sedikitpun dari
sampingku, ia seperti tak menghiraukan perkataanku. Aku merasa
jengkel dengan kelakuannya.
“Gilang aku mohon kamu pergi, aku gak amau kamu
tau perasaanku ke kamu, aku gak mau kamu jauhin aku setelah rasa sayang ku ke
kamu udah dalem, lebih baik sekarang aku yang menjauh dari kamu, plis Gilang jangan buat aku semakin suka sama kamu.” Gumamku dalam hati.
Dan
akhirnya aku memutuskan untuk pergi. Tapi tiba – tiba dia mengulurkan
tangannya, memegang tanganku dan menghentikan langkahku.
“Aku hanya ingin
menemanimu disini.” Ujarnya lembut di telingaku.
“Tapi wanita – wanita itu lebih
menginginkanmu disisi mereka sementara aku tidak.” Sanggahku. Dia
menggeleng sambil tersenyum dengan senyum khasnya.
“Aku tidak peduli dengan wanita –
wanita itu. Ada yang pernah bilang padaku seseorang mempunyai potensi benci dan
sayang dalam porsi yang sama. Kalau kamu bisa menjauhiku aku yakin kamu juga
punya potensi untuk menyayangiku, ini semua hanya tentang pola pikir atau mindset kamu saja”
“Sifat kamu terlalu cuek
panca, sampai kamu lupa kalau masalah hati tidak sesederhana teori seperti itu”
“lupakan perdebatan ini, sekarang lebih baik kita
bergegas karna sepertinya bel masuk tadi sudah berbunyi.” Kata Gilang.
Kali ini aku menyetujuinya kita
berdua berjalan kembali ke kelas. Beberapa jam kemudian setelah pelajaran
terakhir selesai bel pulang berbunyi, aku berjalan pulang dengan langkah pasti.
“Gilang, kenapa sih kamu harus bersikap kaya gini sama aku. Aku takut
aku semakin mencintai kamu, aku sudah
cukup sakit dengan keadaan seperti ini dan aku tahu perhatian kamu ke aku tadi
gak bertahan lama dan Cuma sesaat.” Gumamku dalam hati, saat itu
hatiku hanya dikuasai kekecewaan dan kebingungan. Hati ini begitu rapuh saat
aku mengingatnya hingga tak ku sangka butir – butir air mataku menetes di
setiap langkahku. Disepanjang jalan fikiranku kabur meraba – raba kesegala
objek tentang dirinya. Aku sakit, aku rapuh, aku merasakan keterpurukan yang mendalam saat
itu.
Satu minggu tlah berlalu
dengan hari – hari aku menjauhinya. Hingga hari ini tiba aku melihatnya menggandeng
tangan wanita lain, dan kekhawatiranku kini menjadi nyata akhirnya aku
menyadari menjauhinya keputusan tepat. Mungkin dia mencari cinta lain karna
perlakuanku yang buruk padanya satu minggu ini, karna perhatiannya itu hanya sesaat
bagiku.
“pril, kamu murung lagi?” Sahabatku itu
terlihat sangat mengkhawatirkanku . tapi aku tak bisa pura – pura baik – baik
saja saat itu. Hari ini tak mendukungku untuk tersenyum.
“Gak papa kok La.” Aku
berbohong padanya walau aku tahu dia tidak akan percaya bahwa aku baik – baik saja.
Tiga tahun di SMA Anugrah tlah ku
lalui tak ada yang berbeda dia yang ku cinta kini tak ku dapat di masa SMA, hari – hariku kini
sepi tanpanya tapi kini dia tlah bersama wanita yang lebih pantas
mendampinginya. Tiga tahun aku terpuruk, tiga tahun aku menunggu hal yang tak
pasti di masa SMA aku harap di masa UNIVERSITAS dia akan untukku.
Masa MOS di SMA tlah ku lewati dan
kini masa OSPEK di UNIVERSITAS juga tlah ku lewati
dengan lancar. Tapi sekarang aku jarang bertemu
dengan Gilang tapi rasa rindu ini
terus membelenggu walau aku bisa melihatnya berangkat sekolah setiap sekolah
setiap pagi tapi aku hanya bisa sekedar melihat sosok badannya aku juga tak
bisa melihat senyum tawanya. Hati ini rapuh saat aku hanya bisa melihatnya sari
seberang jalan. Rasa rindu ini memuncak ketika matahari mulai terlelap dalam
tidurnya hingga keremangan mulai muncul lagi, aku memberanikan
diri untuk mengiriminya pesan singkat.
“Hai Gilang apa kabar? Kamu pasti udah lupa ya sama aku.” Tapi aku ragu
menekan tombol “send” di hpku aku bingung tapi aku mencoba melawan
kebingunganku dengan meyakinkan diri untuk mengirimkannya.
Aku menunggu balasan pesan singkat
darinya, lama sekali aku menunggu tapi ia tak kunjung membalasnya. Mnungkin dia
sudah melupakanku. Setelah saat itu aku tak pernah menghubunginya. Kini hari –
hariku tak seindah dulu. Walaupun sekarang aku tak bisa dekat dengan dirinya,
setidaknya aku dulu pernah melihat canda dan senyumnya setiap hari, meski
sekarang tak bisa lagi.
Suatu malam aku terlelap dalam
indahnya lautan mimpi, aku merasa mimpi itu benar – benar nyata tapi ketika
pagi menyongsong dan aku terbangun aku menyadari itu hanyalah mimpi. Mimpi itu
berceritaa mengenai pertemuanku dengan Gilang setelah aku berdo’a
pada Allah agar bertemu dengannya.
Pagi sudah semakin siang aku pamit
pada mamaku untuk pergi kesekolah.
“Ma, Prilia pamit kekampus ya?” ucapku sembari mencium tangan
mama pagi itu.
“iya sayang, hati – hati bawa
motornya jangan ngebut – ngebut!” pinta mama padaku
“iya ma, tenang aja” jawabku
singkat dan berjalan keluar mengambil motor.
Saat aku dalam perjalanan kekampus tak ku sangka aku bertemu dengan Gilang setelah 2 minggu tak pernah melihatnya. Hati in
mulai membuka memory tentangnya. Dan mimpiku malam itu benar – benar menjadi
kenyataan. Aku senang sekali meski ia seperti mengabaikanku. Mungkin ini
pembalasan atas sifatku yang mengabaikannya dulu. Setelah hari itu aku berdoa
pada Tuhan. “Ya Allah aku mohon padamu dekatkan Gilang padaku jika ia benar – benar mencintaiku dan
jauhkan dia jika dia tidak akan pernah bisa mencintaiku.” Aku berdo’a pada
Allah hingga air mataku tak bisa terbendung saat aku melontarkan kata demi kata
pada do’a ku.
Sejak doa itu ku ucapkan aku tak
pernah lagi bertemu dengannya. Satu tahun aku tak tau kabarnya dan itu
membuatku bingung sampai sekarangpun aku tak pernah lagi bertemu dengannya.
Tuhan jika engkau memberiku satu
permintaan, aku akan meminta kembalikan aku kemasa lalu agar aku bisa mencabut
do’a ku yang menginginkan dia
menjauh dariku.
Tuhan mengapa engkau kabulkan do’a
yang akan membuat penyesalan terbesar dalam hidupku, aku ingin dia kembali, aku
ingin dia ada disisiku lagi, aku tak ingin dia benar – benar pergi
Kembalikan dia Tuhan,
Kembalikan dia untukku.
Aku harus menyadari mungkin kini kau
suda pergi karna kebodohanku. Aku pasti akan rindu senyumanmu, aku kangen
banget canda tawamu yang mewarnai hariku. Aku akan selalu mengenangmu, kau
selalu ada dalam memoriku dan aku akan terus berhararap kau kembali di sisiku.
0 komentar:
Posting Komentar